|
Megah dengan warna tunggal, putih, tanpa aksen warna lain. Masjid Agung Al-Azhar diketahui merupakan Masjid Agung pertama di DKI Jakarta. |
Masjid Agung Al-Azhar di
Kebayoran Baru, Kota Administrasi Jakarta Selatan, merupakan salah satu masjid
yang begitu populer di tanah air sejak berdiri di tahun 1952 hingga saat ini.
Meskipun dari sisi sejarah, masjid ini bukanlah masjid pertama di Jakarta
bahkan di wilayah Jakarta Selatan sekalipun, bukan pula masjid dengan ukuran
terbesar, namun banyak faktor yang membuat masjid ini begitu terkenal salah
satunya adalah kemampuannya untuk mengembangkan masjid sebagai pusat aktivitas
ummat, tidak saja sebagai pusat keagamaan namun juga merambah ke ranah
pendidikan hingga perekonomian. Para pendiri masjid ini sejak awal sudah
menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas, berupaya mengembalikan masjid
sebagai pusat peradaban.
Masjid Agung Al-Azhar telah
dikukuhkan oleh Pemda DKI Jakarta sebagai salah satu dari 18 situs tapak
sejarah perkembangan kota Jakarta. Selain itu, masjid ini dijadikan cagar budaya
nasional per tanggal 19 Agustus 1993. Saat ini di komplek Masjid ini telah
berdiri sekolah sekolah Islam dari Taman Kanak Kanak hingga Universitas dibawah
pengelolaan Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar. Lokasi masjid ini juga sangat
strategis, tak jauh dari terminal Bis Blok M, dan Bus Transjakarta (busway)
juga telah membangun halte tepat di depan komplek masjid ini yang masuk dalam
Koridor I rute blok M – Kota.
Masjid Agung
Al-Azhar
Jl. Sisingamangaraja No.1, RT. 2,
RW. 1, Selong
Kebayoran Baru, Kota Jakarta
Selatan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12110
phone: 021-72783683 / 7397267
fax: 021-72783683
Sejarah Masjid Agung Al-Azhar
Masjid Agung Al-Azhar dibangun
pada tahun 1952 atas usaha 14 orang tokoh tokoh Masyumi diantaranya adalah Mr.
Soedirjo, Mr. Tanjung Hok, H. Gazali dan H. Suaid, untuk memiliki sebuah masjid
utama di kawasan Kebayoran Baru. Atas anjuran Mr Syamsudin, Menteri Sosial RI
pada saat itu, maka oleh para tokoh tersebut didirikanlah Yayasan Pendidikan
Islam (YPI), pada tanggal 7 April 1952.
Yayasan tersebut pada tanggal 19
November 1953 mulai mendirikan sebuah masjid di atas lahan seluas 43.755 meter2.
Ketika itu peletakan batu pertamanya dilakukan oleh R. Sardjono mewakili
Walikota Jakarta Raya. Pembangunan masjid tersebut selesai dibangun pada tahun
1958 dan diresmikan dengan nama Masjid Agung Kebayoran. Pada saat itu Wilayah
Jakarta Raya (kini Provinsi DKI Jakarta) masih di kepalai oleh seorang
Walikota.
|
Di dalam komplek Masjid Agung Al-Azhar Jakarta juga berdiri lembaga pendidikan dari Taman Kanak Kanak hingga Universitas Al-Azhar Indonesia. |
Perubahan nama menjadi Masjid
Agung Al Azhar Kebayoran Baru, dilakukan menyusul kedatangan Rektor Universitas
Al Azhar, Dr. Mahmoud Syaltout yang diundang memberikan ceramah umum di masjid
ini. Disebutkan karena terkagum-kagum dengan kemegahan masjid di negara yang
ketika itu baru saja merdeka, Saltut memberi nama masjid Agung Kebayoran Baru
dengan nama Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru. Imam besar pertama masjid
itu adalah Prof. DR. Haji Muhammad Abdul Karim atau yang lebih dikenal sebagai
Hamka. Hamka pula yang mentradisikan aktivitas kuliah subuh, pegajian hari
Ahad, dan kuliah Ramadhan di masjid ini.
Pada tahun 1962 dalam kiprahnya
membina pemuda dan pemudi Islam, MAA mengadakan kegiatan Pramuka Gugus Depan
dan sore harinya Pendidikan Islam Al-Azhar (PIA) sampai berahirnya masa orde
lama dan mulainya orde baru, membawa angin segar bagi dakwah Islam khususnya
bagi umat Islam. MAA mulai mendiirikan lembaga pendidikan formal (th 1967),
diawali dengan TK Islam Al-Azhar dan seterusnya susul menyusul mendirikan SDIA,
SMPIA, SMAIA dan pada akhirnya mendirikan Universitas Al Azhar Indonesia.
|
Sisi timur Masjid Agung Al-Azhar. |
Aktivitas Masjid Agung Al-Azhar
Kegiatan yang sudah mentradisi di
masjid ini tentu saja adalah kuliah subuh, pegajian hari Ahad, dan kuliah
Ramadhannya yang sudah terkenal sejak masa Buya Hamka. Selain itu kegiatan
Majelis Taklim, Kursus Kader Mubaligh, Studi Islam, Kursus bahasa dan dakwah di
Masjid Al Azhar sangat terbuka menerima jamaah dari daerah lain. Kegiatan di
Masjid Agung Al Azhar ini bisa diikuti oleh seluruh masyarakat.
Kegiatan untuk remaja di masjid
ini ditangani oleh Youth Islamic Study Club (YISC) saat Ramadan ini menggelar
pesantren kilat untuk anak-anak dan remaja. Selama Ramadan, Masjid Agung Al
Azhar sudah menyusun berbagai kegiatan keislaman baik yang rutin maupun nonrutin.
Kegiatan rutin berlangsung mulai dari subuh hingga malam hari. Sebelum
menunaikan salat subuh dan zuhur, serta sebelum berbuka puasa, jemaah Masjid Al
Azhar mendapat pencerahan melalui program kuliah tujuh menit (kultum).
|
Interior Masjid Agung Al-Zahar Jakarta. |
Masyarakat yang ingin memperbaiki
cara membaca Alquran juga dapat mengikuti tadarus, tahsin, dan tadabbur
Alquran. Panitia menyediakan tiga waktu setiap harinya, yakni sebelum salat
zuhur, sebelum salat asar, dan bakda atau setelah salat tarawih. Tadabbur atau
kajian tafsir Alquran dilakukan bakda tarawih setiap Senin dan Rabu. Bagi
masyarakat yang belum bisa atau lancar dalam membaca Alquran, panitia
menyediakan waktu belajar dasar membaca Alquran,
Kegiatan nonrutin yang diadakan
di bulan Ramadan antara lain bazar Ramadan di lapangan parkir utara dan kampung
Ramadan di lapangan hijau Masjid Agung Al Azhar. Acara buka puasa untuk
anak-anak yatim dan duafa digelar di Aula Buya Hamka, Selain itu, Masjid Agung
Al Azhar juga mengadakan berbuka puasa lokasi tak biasa yakni di lembaga pemasyarakatan
(lapas) atau rumah tahanan negara (rutan) seperti di Rutan Pondokbambu, Lapas
Anak Tangerang, dan Lapas Pemuda di Tangerang. sementara pengajian khusus untuk
mereka yang sibuk dengan profesi dan pekerjaannya tersedia program pengajian
lepas kerja. Selengkapnya tentang aktivitas di Masjid Agung Al-Azhar ini dapat
dilihat di situs resmi
Masjid
Agung Al-Azhar.***
------------------------------------------------------------------
🌎 gudang
informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
Baca Juga