Minggu, 29 Maret 2020

Masjid Al-Jum’ah Madinah

Masjid Al-Jum'ah Saudi Arabia.
Masjid Al-Jum’ah adalah salah satu masjid bersejarah di kota Madinah, Arab Saudi. Lokasi masjid ini sekitar 1,1 km sebelah utara Masjid Quba atau sekitar 4 km disebelah selatan dari Masjid Nabawi, dan menjadi salah satu masjid yang tempatnya berdiri berkaitan langsung dengan sejarah Islam khususnya sejarah hijrahnya Rosulullah dari kota Mekah ke kota Madinah. Kini kawasan di lingkungan masjid ini dinamai dengan Al-Jumu’ah.

Jemaah haji ataupun Jemaah umroh dari berbagai Negara termasuk Jemaah dari Indonesia biasanya akan di ajak oleh biro wisatanya untuk berkunjung atau sekedar melintas di depan masjid ini sembari dijelaskan sejarahnya oleh pemandu wisata di dalam bis selama perjalanan, karena rute perjalanan ke masjid ini memang akan dilalui pada saat akan menuju ke Masjid Quba dari Masjid Nabawi.

Masjid Al-Jum’ah
Lingkungan Al-Jumu’ah, Kota Madinah, Provinsi Madinah, Arab Saudi


Sejarah Masjid Al-Jum'ah Madinah:

Masjid Al-Jum’ah dibangun di lokasi yang diyakini sebagai tempat dimana Rosulullah dan para sahabat menunaikan sholat jum’at berjamaah untuk pertama kali dalam perjalanan hijrah dari kota Mekah ke kota Madinah.

Disebutkan bahwa ketika Rasulullah berhijrah, beliau masuk di perbatasan Madinah pada hari Senin, Rabiul Awwal 1 H. Saat itu beliau singgah di Quba selama empat hari hingga Jumat pagi, bertepatan dengan tanggal 16 Rabiul Awwal pada tahun yang sama.

Beliau kemudian melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Tidak jauh dari Quba, waktu shalat Jumat telah masuk. Beliau pun shalat di Wadi Ranuna. Di tempat shalat Jumat Rasulullah itu kemudian dibangun Masjid Al-Jum’ah (Jumat), bikan dibangun oleh Rosulullah tapi dibangun oleh pemerintahan setelah beliau.

Pertama kali dibangun dari pecahan pecahan batu dan hancur beberapa kali dan direnovasi.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang kemudian melaksanakan renovasi. Renovasi dilakukan lagi pada masa Kekhalifahan Abbasiyah antara tahun 155 - 159 Hijriah. Lalu di akhir abad ke-9 Hijriah, direnovasi oleh Syamsuddin Qawan. Renovasi pada masa Kekhalifahan Utsmaniyah (Turki Usmani) dipimpin oleh Sultan Bayazid.

Masjid Al-Jum'ah dari balik jendela bis wisara.
Renovasi oleh Sayyid Hasan Asy-Syarbatli pada pertengahan abad ke-14 Hijriah. Masjid Jum'at sebelum renovasi terakhir memiliki panjang 8 meter, lebar 4,5 meter, tinggi 5,5 meter dan 1 kubah yang terbuat dari bata merah, serta di sebelah timurnya terdapat halaman dengan panjang 8 meter dan lebar 6 meter.

Renovasi pada tahun 1409 Hijriah oleh Kementerian Wakaf Arab Saudi, atas perintah Pelayan Dua Tanah Suci Raja Fahd bin Abdul Aziz dengan menghancurkan bangunan lama, dan membuat bangunan baru, termasuk tempat tinggal untuk Imam, Muadzin, Perpustakaan, Madrasah Tahfidz al-Qur'an, Tempat salat untuk perempuan dan kamar mandi.

Pada tahun 1412 Hijriah, Masjid Jum'at dibuka untuk umum dengan kapasitas 650 jamaah, memiliki 1 kubah utama dan 4 kubah kecil. Pembangunan terahir ini selain membangun fasilitas pendukung juga meningkatkan daya tamping masjid dari sebelumnya hanya mampu menampung 70 jemaah diperluas hingga mampu menampung sekitar 700 jemaah.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Sabtu, 28 Maret 2020

Masjid Quba vs Masjid Dhirar

Masjid Quba.

Membahas tentang Masjid Quba di Madinah rasanya kurang lengkap bila tidak sekaligus membahas tentang Masjid Dhirar (dibaca Diror) yang notabene sengaja dibangun oleh para pembangunnya sebagai tandingan bagi masjid Quba, sebagai salah satu tujuannya. Dua masjid ini terkait dengan ayat yang sama di dalam Al-Qur’an, yakni di surah At-Taubah QS 9:107-108.

“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang mukmin) dan karena kekafiran(nya), dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah, ‘Kami tidak menghendaki selain kebaikan.’ Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). (QS 9:107)

Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS 9:108)

Dua masjid ini mendapatkan derajat yang bertolak belakang dari Allah Subhanahuwata’ala. Allah ‘memuji’ masjid Quba dan orang orang yang sholat di dalamnya serta ‘melaknat’ masjid Dhirar dan para pembangunnya dan Allah bersaksi atas kedustaan mereka dalam sumpahnya kepada Rosulullah ï·º.

Masjid Quba.

Abu Amir Ar-Rahib dan Masjid Dhirar

Sebelum Nabi Muhammad ï·º hijrah ke Madinah, di kota Madinah ada seorang lelaki dari kabilah Khazraj yang dikenal dengan nama Abu Amir Ar-Rahib. Sejak masa Jahiliah dia telah masuk agama Nasrani dan telah membaca ilmu ahli kitab. Ia melakukan ibadahnya di masa Jahiliah, dan ia mempunyai kedudukan yang sangat terhormat di kabilah Khazraj.

Ketika Nabi Muhammad ï·º tiba di Madinah untuk berhijrah, lalu orang-orang muslim berkumpul bersamanya, dan kalimah Islam menjadi tinggi serta Allah memenangkannya dalam Perang Badar, maka Abu Amir Ar-Rahib mulai bersikap oposisi, memusuhi Nabi Muhammad ï·º secara terang-terangan.

Pada mulanya Rosulullah ï·º telah menyerunya untuk menyembah Allah [sebelum ia melarikan diri] dan membacakan Al-Qur’an kepadanya, tetapi ia tetap tidak mau masuk Islam, dan membangkang. Maka Rosulullah ï·º mendoakan kecelakaan bagi Abu Amir Ar-Rahib, semoga dia mati dalam keadaan jauh dari tempat tinggalnya dan terusir. Dikemudian hari do’a Rosulullah ï·º itu dikabulkan Allah.

Detil salah satu menara Masjid Quba
Abu Amir Ar-Rahib kemudian melarikan diri dari Madinah setelah gagal mempengaruhi kaum muslimin Madinah untuk memerangi Rosulullah ï·º, ia kemudian bergabung dengan orang-orang kafir Mekah dari kalangan kaum musyrik Quraisy dan membujuk mereka untuk memerangi Rosulullah ï·º.

Maka bergabunglah bersamanya orang-orang dari kalangan Arab Badui yang setuju dengan pendapatnya, lalu mereka datang pada tahun terjadinya Perang Uhud. Dalam perang tersebut Abu Amir Ar-Rahib berhasil mencelakai Rosulullah ï·º yang sempat terperosok ke dalam lubang lubang yang dibuat oleh Abu Amir Ar-Rahib

Setelah perang Uhud dan kedudukan kaum muslimin Madinah semakin kokoh, Abu Amir Ar-Rahib semakin marah dan dia pergi menemui Kaisar Romawi, Hiraklius, untuk meminta bantuan memerangi Nabi Muhammad ï·º. Kaisar Romawi memberikan janji dan harapan kepadanya, lalu ia bermukim di kerajaan Romawi.

Diantara kepakan sayap merpati.

Peran Abu Amir Ar-Rahib di Masjid Dhirar

Dari Romawi Abu Amir Ar-Rahib menulis surat kepada segolongan kaumnya dari kalangan Anshar Madinah yang tergabung dalam golongan orang-orang munafik lagi masih ragu kepada Islam. Dia menjanjikan dan memberikan harapan kepada mereka, bahwa kelak dia akan datang kepada mereka dengan membawa pasukan Romawi untuk memerangi Rosulullah ï·º dan mengalahkannya.

Abu Amir Ar-Rahib menganjurkan orang-orangnya untuk membuat suatu benteng yang kelak akan dipakai untuk berlindung sekaligus akan menjadi tempat pengintaian baginya kelak di masa depan bila ia datang kepada mereka. Maka orang-orang Abu Amir Ar-Rahib di Madinah mulai membangun sebuah masjid yang letaknya berdekatan dengan Masjid Quba.

Masjid tersebut baru selesai di saat Sebelum Nabi Muhammad ï·º hendak pergi ke medan perang Tabuk. Lalu para pembangunnya datang menghadap Rosulullah ï·º dan memohon agar beliau sudi melakukan shalat di masjid mereka. Tujuan mereka adalah untuk memperoleh bukti melalui sholatnya Nabi Muhammad ï·º di masjid tersebut, sehingga kedudukan masjid itu diakui dan dikuatkan.

Areal terbuka di tengah tengah bangunan Masjid Quba.
Mereka mengemukakan alasan, bahwa sesungguhnya mereka membangun masjid ini hanyalah untuk orang-orang yang lemah dari kalangan mereka dan orang-orang yang berhalangan di malam yang sangat dingin. Saat itu Nabi Muhammad ï·º menjawab permintaan mereka melalui sabdanya: Sesungguhnya kami sedang dalam perjalanan. Tetapi jika kami kembali, insya Allah.

Turunnya wahyu tentang Masjid Quba dan Masjid Dhirar

Ketika Nabi Muhammad ï·º akan kembali ke Madinah dari medan Tabuk, beliau dan rombogan beristirahat di Zu Awan, sebuah kampung yang jaraknya setengah hari dari Madinah. Sebelumnya di tempat yang sama para pembangun Masjid Dhirar pernah datang kepada Rosulullah ï·º yang saat itu sedang bersiap-siap menuju ke medan Tabuk.

Di tempat itu, Malaikat Jibril a.s. turun dengan membawa berita tentang Masjid Dhirar dan niat para pembangunnya yang hendak menyebarkan kekufuran dan memecah belah persatuan umat Islam. Mereka hendak menyaingi masjid kaum muslim, yaitu Masjid Quba yang sejak semula dibangun dengan landasan takwa.

WC, kamar mandi dan toilet di Masjid Quba.

Dimusnahkannya Masjid Dhirar

Setelah menerima wahyu itu, lalu Rosulullah ï·º memanggil Malik ibnu Dukhsyum (saudara lelaki Bani Salim ibnu Auf) dan Ma’an ibnu Addi atau saudara lelakinya (yaitu Amir ibnu Addi yang juga saudara lelaki Al-Ajian). Lalu beliau Rosulullah ï·º bersabda:

Berangkatlah kamu berdua ke masjid ini yang pemiliknya zalim, dan robohkanlah serta bakarlah masjidnya.

Maka keduanya berangkat dengan langkah-langkah cepat, hingga datang ke daerah Bani Salim ibnu Auf yang merupakan golongan Malik ibnu Dukhsyum. Lalu Malik berkata kepada Ma’an, “Tunggulah aku, aku akan membuatkan api untukmu dari keluargaku.” Lalu Malik masuk menemui keluarganya dan mengambil daun kurma, lalu menyalakan api dengannya.

Setelah itu keduanya berangkat dengan cepat hingga datang ke masjid itu dan memasukinya. Di dalam masjid terdapat orang-orangnya, maka keduanya membakar masjid itu dan merobohkannya, sedangkan orang-orang yang tadi ada di dalamnya bubar keluar berpencar-pencar.

Masjid Quba.
Disebutkan bahwa orang-orang yang membangunnya terdiri atas dua belas orang lelaki, yaitu Khaddam ibnu Khalid dari kalangan Bani Ubaid ibnu Zaid, salah seorang dari Bani Amr ibnu Auf yang dari rumahnya dimulai pembangunan Masjid ini, lalu Sa’labah ibnu Hatib dari Bani Ubaid, Mawali ibnu Umayyah ibnu Yazid, Mut’ib ibnu Qusyair dari kalangan Bani Dabi’ah ibnu Zaid, Abu Habibah ibnu Al-Az’ar dari kalangan Bani Dabi’ah ibnu Zaid.

Ibad ibnu Hanif (saudara Sahl ibnu Hanif) dari kalangan Bani Amr ibnu Auf, Hari sah ibnu Amir dan kedua anak nya (yaitu Majma’ ibnu Harisah dan Zaid ibnu Hari sah), juga Nabtal Al-Haris mereka dari kalangan Bani Dabi’ah, Mukharrij yang dari kalangan Bani Dabi’ah, Yajad ibnu Imran dari kalangan Bani Dabi’ah, dan Wadi’ah ibnu Sabit serta Mawali ibnu Umayyah golongan Abu Lubabah ibnu Abdul Munzir. [Diringkas dari Tafsir Ibnu Katsir surah At-Taubah ayat 107-108].

Ahir Kisah

Ahir kisah dari Masjid Dhirar ini setelah dibakar dan dihancurkan, konon tempatnya berdiri kemudian dijadikan tempat pembuangan sampah oleh penduduk setempat, sedangkan Abu Amir Ar-Rahib menerima takdirnya, dia mati di halaman istana kaisar Romawi di tahun ke 9 atau ke 10 Hijriah, dalam keadaan jauh dari tempat tinggalnya dan terusir, persis sebagaimana do’a Rosulullah ï·º.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Minggu, 22 Maret 2020

Masjid Quba – Madinah

Masjid Quba dari arah pekarangan depan. 

Masjid Quba dikenal sebagai masjid yang pertama kali dibangun oleh Rosulullah ï·º pada tahun pertama Hijriah atau sekitar tahun 622 miladiyah di Quba, sekitar 5 KM disebelah tenggara kota Madinah. Ketika tiba di Quba, Rosulullah ï·º memerintahkan kepada para sahabat untuk membangun sebuah masjid dan Beliaupun ikut terlibat langsung dalam pembangunannya. Bangunan awal dari Masjid Quba tersebut masih dalam bentuk sederhana belum semegah dan sebesar ukurannya saat ini.

Masjid ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah orang pertama yang membangun menara masjid ini. Sakarang renovasi masjid ini ditangani oleh keluarga Saud. Masjid Quba ini telah direnovasi dan diperluas pada masa Raja Fahd bin Abdul Aziz pada 1986. Renovasi dan peluasan ini menelan biaya sebesar 90 juta Riyal yang membuat masjid ini memiliki daya tampung hingga 20 ribu jamaah.

Masjid Quba
3493 Al Hijrah Rd, Al Khatim, Medina 42318, Arab Saudi


Berkunjung ke Masjid Quba

Masjid Quba dibangun begitu megah dengan denah persegi panjang, dibagian tengahnya terdapat areal terbuka yang memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam masjid. Areal terbuka ini di beri peneduh dengan bentangan kain kain panjang dibagian atasnya untuk mengurangi dampak sengatan matahari kepada jemaah yang sedang beribadah disana.

Warna putih bersih mendominasi keseluruhan bangunan masjid ini. Empat menara tinggi menjulang di ke-empat sudut bangunan masjid. Ada puluhan pintu di masjid ini dan pintu akses untuk Jemaah pria dan wanita dipisahkan. Sama halnya dengan masjid masjid lainnya di Madinah dan Mekah, di masjid Quba ini pun kita akan menjumpai ribuan burung merpati yang dengan bebas berterbangan disana.

Di sisi kiri foto bagian bawah adalah jejeran kios kios para pedagang di pekarangan Masjid Quba.
Masjid Quba dilengkapi dengan pekarangan terbuka yang cukup luas dibagian depan masjid atau disisi sebelah timur masjid. Bersebelahan dengan pekarangan ini berdiri bangunan toilet dan kamar mandi yang cukup besar masing masing untuk Jemaah pria dan wanita. Besarnya ukuran bangunan toilet dan kamar mandi ini dapat difahami karena begitu banyaknya Jemaah yang datang ke masjid ini secara bersamaan disatu waktu, dari berbagai Negara.

Dan itu juga terkait dengan sejarah masjid ini yang mendapatkan pujian langsung dari Allah Subhanahuwata’ala di surah At-Taubah ayat 108: “Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) shalat di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri”. Beberapa hadist sahih menjelaskan bahwa kalimat “membersihkan diri” dalam ayat tersebut memang merujuk kepada Ahli Quba (Jemaah masjid Quba generasi awal) yang memang terbiasa membersihkan diri dengan air setelah buang hajat.

Kawanan mepati di masjid Quba.

Pasar dan Tempat Parkir yang luas

Masjid Quba juga dilengkapi dengan pasar di pekarangan masjid sisi selatan, hingga bila kita datang ke masjid Quba dari arah selatan akan langsung melewati pasar yang menjajakan aneka oleh oleh khas Madinah. Kedai kedai ini tertata rapi dan beberapa pedagang juga mau menerima pembayaran dengan uang Rupiah selain mata uang Riyal Arab Saudi, beberapa diantara pedagang bahkan ada yang langsung menawarkan dagangannya dengan Bahasa Indonesia kepada Jemaah asal Indonesia.

Pemerintah setempat telah mengantisipasi banyaknya Jemaah yang datang ke masjid ini dengan membangun dua lapangan parkir kendaraan yang cukup luas, masing masing berada di sisi selatan masjid bersebelahan dengan pasar Quba, dan disisi timur masjid bersebelahan dengan bangunan toilet dan kamar mandi. Selain itu, komplek masjid Quba ini diapit oleh kebun kurma yang cukup luas di sisi timur dan baratnya.

Musium Ma'raz Al-Iman (Refuge of Faith Exhibition) di sisi selatan Masjid Quba.

Musium Ma’raz Al-Iman Exhibition (Refuge of Faith Exhibition)

Disebelah selatan Masjid Quba atau di sisi barat area parkir selatan berdiri megah satu bangunan museum yang diberi nama Ma’raz Al-Iman. Nama museum ini tertulis di dinding bangunan dengan bahasa Arab dan Bahasa Inggris “Refuge of Faith Exhibition”. Museum ini salah satu dari dua museum yang cukup terkenal di Madinah, museum lainnya adalah Al-Madinah Museum yang berada di bekas gedung Stasiun Kereta Api Hejaz di distrik Al-Anbariya sekitar 1 km seberah barat daya Masjid Nabawi. “Ma’raz Al-Iman” yang menjadi nama museum di komplek Masjid Quba sejatinya adalah salah satu nama julukan bagi kota Madinah yang diberikan oleh Rosulullah ï·º.

Musium Ma’raz Al-Iman mulai dibuka untuk umum pada tahun 2013 dan selalu ramai pengunjung pada setiap musim haji dan bulan Romadhon. Musium ini menyimpan berbagai artefak sejarah Islam termasuk berbagai manuskrip kuno, salah satunya adalah salinan Sunan Abu Dawud yang sudah berusia lebih dari 800 tahun. Naskah asli kitab tersebut tersimpan di gedung King Abdul Aziz Foundation for manuscript di Madinah.

Ruang terbuka ditengah tengah Masjid Quba.
Selain itu museum ini juga menyimpan berbagai kitab kuno yang terkait dengan sejarah Madinah juga terdapat kitab kuno dari Ibnu Zabalah yang berasal dari abad ke 3 hijirah, terdapat juga kitab suci Al-Qur’an yang ditulis dengan tinta emas yang berasal dari tahun 1878.

Keutamaan Masjid Quba

Rasulullah ï·º sangat mencintai Masjid Quba. Di dalam hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah ï·º secara rutin mengunjungi Masjid Quba, baik dengan berjalan kaki ataupun ber­kendaraan. Dalam sebuah hadist sahih juga dijelaskan bahwa menunaikan sholat di Masjid Quba, kadar pahalanya sama dengan pahala ibadah umroh.

Dalam hadis lainnya lagi disebutkan bahwa Rasulullah ï·º  membangun dan meletakkan batu pertamanya begitu beliau tiba di tempatnya, dan tempat beristirahat beliau adalah di rumah Bani Amr ibnu Auf. Malaikat Jibrillah yang membantunya untuk meluruskan arah kiblat masjid tersebut.

Mihrab dan lampu gantung Masjid Quba.

Pujian Allah kepada Ahli Quba dan Keutamaan bersuci dengan air

Allah s.w.t memuji masjid Quba dan orang yang mendirikan sholat di dalamnya dari kalangan penduduk Quba' dengan Firman-Nya di surah At-Taubah ayat 108: “Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri”.

Ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Maka Rasulullah mengirimkan utusan kepada Uwaim ibnu Sa’idah untuk menanyakan, “Cara bersuci apakah yang membuat Allah memuji kalian?” Maka Uwaim menjawab, “Wahai Rasulullah, tidak sekali-kali seseorang dari kami —baik lelaki maupun wanita-— selesai dari buang airnya, melainkan ia membasuh kemaluannya atau pantatnya dengan air.” Maka Nabi Saw. bersabda, “Itulah yang dimaksudkan”.

Masjid Quba dari arah areal parkir kendaraan, dengan jejeran pohon pohon kurma.
Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Ala, telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah ibnu Hisyam, dari Yunus ibnul Hari’s, dari Ibrahim ibnu Abu Maimunah, dari AbuSaleh, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad ï·º

., bahwa firman-Nya berikut ini: Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. (At-Taubah: 108) berkenaan dengan ahli Quba. Mereka selalu bersuci dengan air, maka diturunkan-Nyalah ayat ini mengenai mereka, yakni sebagai pujian kepada mereka.

Masjid Quba dan Jemaah dari Indonesia

Biro biro perjalanan haji dan umroh di Indonesia biasanya akan memasukkan kunjungan ke Masjid Quba dalam daftar kunjungan (city tour) di Madinah bersama sama dengan beberapa tempat bersejarah terpilih lainnya. Beberapa pemandu Jemaah (team leader ataupun mutowif) menyarankan untuk datang ke Masjid Quba pagi hari mengingat pengunjung yang datang ke masjid ini makin siang makin membludak.

Dan dianjurkan untuk tetap menggunakan atribut rombongan (kain syal, seragam atau atribut lainnya) untuk memudahkan saling mengenali satu sama lain diantara ramainya pengunjung dari berbagai Negara hingga tidak mudah terpisah dari rombongan.***

Artikel selanjutnya; Masjid Quba vs Masjid Dhirar

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Sabtu, 21 Maret 2020

Masjid Al-Ijabah - Madinah

Masjid Al-Ijabah, Bani Muawiyah, Madinah, Arab Saudi.

Ada banyak masjid di kota Mekah dan Madinah yang dibangun sebagai pengingat peristiwa sejarah yang terjadi di tempat berdirinya masjid tersebut, dan kebanyakan masjid masjid tua tersebut juga diberi nama sesuai dengan peristiwa sejarah yang terjadi ditempat tersebut, termasuk masjid Al-Ijabah di kota Madinah.

Masjid Al Ijabah berada di lahan berbentuk segitiga diruas jalan Malik Faishal (king Faisal Road), kota Madinah, berjarak sekitar 385 meter dari Pemakaman Baqi. Lokasi masjid ini berdiri juga berseberangan dengan Rumah Sakit Umum Al-Ansaar yang berada di sebelah utara masjid, sedangkan tempat parkir kendaraan berada di sisi sebelah timur diseberang jalan dari Masjid Al-Ijabah. Bila anda sedang berada di sisi utara komplek pemakaman Baqi / ruas jalan King Abdul Aziz Road kita dapat melihat menara dan kubah masjid Al-Ijabah ini sayup sayup dikejauhan.

Masjid Al-Ijabah
Bani Muawiyah, Madinah, Madinah 42313, Arab Saudi



Tempat di-Ijabah-nya dua dari tiga do’a Rosulullah

Masjid Al-Ijabah seringkali juga disebut dengan nama Masjid Bani Muawiyah merujuk kepada nama tempatnya berada. Masjid ini berdiri di lahan milik Muawiyah bin Malik bin 'Auf dari suku al-Aus. Dan kini kawasan tersebut disebut dengan distrik Muawiyah.

Menurut sejarah, dulu di masjid ini Rasul berdoa kepada Allah yang terkait dengan nasib umat, dan langsung di-Ijabah Allah saat itu juga. Karena sejarah tersebut, masjid ini kemudian dikenal dengan nama masjid Al-Ijabah.

Ada tiga doa yang dipanjatkan Rasul ditempat tersebut. Doa pertama adalah Nabi memohon agar Allah tidak membinasakan umat Muhammad Islam dengan kekeringan dan kelaparan. Doa ini langsung dijawab dan dikabulkan oleh Allah.

Selanjutnya Rasulullah berdoa kembali, memohon agar Allah tidak membinasakan umat Muhammad dengan menenggelamkan. Doa ini juga dikabulkan Allah. Rasul pun kembali berdoa. Di doanya yang ketiga, Rasul memohon agar di kalangan umatnya tidak ada fitnah dan perbedaan. Sayangnya, doa tersebut tidak dikabulkan oleh Allah SWT.

Masjid Al-Ijabah, Bani Muawiyah, Madinah, Arab Saudi.

Catatan Sejarah

Dalam Shahih Muslim, Amir bin Sa’dari menuturkan dari ayahnya, “Suatu hari Rasulullah datang dari Al-Aliyah. Dia melewati masjid Bani Muawiyah. Dia masuk masjid itu dan salat dua rakaat. Kami pun ikut salat bersama dia.

Rasulullah berdoa lama sekali, lalu menuju kami.” “Dia mengatakan, ‘Aku meminta tiga hal kepada Rabbku. Tetapi, hanya dua hal dikabulkan, dan satu hal tidak diperkenankan. Aku meminta agar umatku tidak dibinasakan dengan paceklik. Permintaanku pun dikabulkan. Aku memohon agar umatku tidak ditenggelamkan. Permohonanku pun dikabulkan. Aku mengharap agar permusuhan umatku tidak terjadi antar sesama mereka, tetapi permintaanku tidak dikabulkan.”

Malik meriwayatkan dari Abdullah bin Jabir bin Atik, dia berkata, “Abdullah bin Umar datang kepada kami di Bani Muawiyah—salah satu desa kaum Anshar—dan bertanya, ‘Apakah kalian tahu di mana dulu Rasulullah salat di masjid kalian ini?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Lalu aku menunjuk ke satu arah. Dia kembali bertanya, ‘Apakah engkau tahu tiga hal yang diminta oleh Rasulullah?’ Aku menjawab, ‘Ya, aku tahu.

Dia berkata, ‘Beri tahu aku tiga hal itu!’ Aku berkata, ‘Rasulullah berdoa agar tidak dikalahkan oleh musuh dari golongan orang kafir. Dan agar tidak dibinasakan dengan paceklik. Keduanya dikabulkan oleh Allah. Rasulullah juga berdoa agar permusuhan umatnya tidak terjadi antar sesama mereka. Tetapi, permohonan ini tidak dikabulkan.’ Ibnu Umar berkata, ‘Engkau benar. Sehingga peperangan, fitnah, dan perselisihan terus berlangsung hingga Hari Kiamat nanti.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Minggu, 15 Maret 2020

Masjid Mohammed Hassan Farsi - Jeddah

Masjid Mohammed Hassan Farsi - Jeddah

Masjid Mohammed Hassan Farsi merupakan salah satu masjid yang berada di kawasan pantai laut merah kota Jeddah, tak jauh dari pelabuhan laut kota Jeddah. Ukuran masjid ini tidak terlalu besar, dibangun dalam gaya bangunan masjid masjid klasik arab dengan dinding dinding tembok tebal yang kokoh.

Mosque Mohammed Hassan Farsi , Jeddah
Najran, Al-Baghdadiyah Al-Gharbiyah, Jeddah 22231, Arab Saudi


Beberapa kubah batu dibagian atapnya ditambah dengan satu menara yang menyatu dengan bangunan masjid. Warna merah pada masjid ini berasal dari batu alam yang menutup seluruh permukaan luar bangunan masjid.

Nama masjid ini ditulis dalam kaligrafi arab sederhana dipasang di tembok depan sisi sebelah kanan pintu masuk utama. Di dalam masjid ini dihias dengan lampu gantung berukuran besar dengan design sederhana serta mihrab (ruang imam) nya yang sederhana, hanya berupa ceruk setengah lingkaran tanpa ornamen hias apapun.***

Masjid Mohammed Hassan Farsi - Jeddah
Masjid Mohammed Hassan Farsi - Jeddah

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Sabtu, 14 Maret 2020

Masjid Al-Mukhayam - Al-Balad, Jeddah

Masjid Al-Mukhayam di kawasan Al-Balad kota Jeddah, Arab Saudi.

Masjid Al-Mukhayam adalah masjid yang berada di lot parkir kendaraan pribadi dan bis wisata di kawasan kota tua Al-Balad Kota Jeddah, Arab Saudi. Sebagai kota pelabuhan dan menjadi lokasi transit Jemaah haji dan umroh dari berbagai Negara dunia, Kota Jeddah selama ber abad abad membuka diri nya sebagai kota pelabuhan dan transit internasional.

Sejak masa pesawat terbang belum tercipta dan kapal laut menjadi satu satunya sarana transportasi antar benua, hingga saat ini kota Jeddah tetap menjadi salah satu kota transit bagi Jemaah haji dan umroh sebelum menuju ke kota Mekah dan Madinah.

Al-Mukhayam Masjid
Al-Balad, Jeddah 22233, Arab Saudi


Masjid Al-Mukhayam dibangun pemerintah setempat sebagai sarana ibadah di lokasi parkir bis wisata di kawasan Al-Balad bagi para Jemaah yang sedang berkunjung kesana. Para Jemaah dari berbagai Negara yang transit di kota Jeddah baik yang akan menuju atau tiba dari kota Mekah biasanya akan berkunjung ke kawasan ini untuk berbelanja oleh oleh.

Dan Jemaah yang datang dengan bus wisata akan di drop di area belanja yang mereka tuju lalu bis akan parkir di lot parkir yang telah disediakan, sehingga kita tidak akan menemukan bis wisata yang parkir di pinggir jalan kawasan itu menunggu penumpangnya yang sedang belanja ataupun sekedar berkeliling menikmati kota Jeddah sebelum melanjutkan perjalanan.***

Masjid Al-Mukhayam di kawasan Al-Balad kota Jeddah, Arab Saudi.
Masjid Al-Mukhayam di kawasan Al-Balad kota Jeddah, dari sisi yang lain berlatar belakang gedung gedung jangkung kota Jeddah.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Minggu, 08 Maret 2020

Masjid Al-Ghamamah Madinah

Masjid Al-Ghamamah, Madinah.

Masjid Al-Ghamamah adalah salah satu masjid bersejarah di kota Madinah, Arab Saudi. Lokasi masjid ini berada sekitar 300 meter sebelah barat daya Masjid Nabawi, tak bejauhan dengan Masjid (Sahabat) Umar r.a dan Masjid (Sahabat) Ali r.a. Bangunan masjid ini dibangun untuk mengenang beberapa peristiwa penting dimasa kehidupan Rosulullah S.A.W. dan peristiwa peristiwa penting tersebut juga yang hingga kini melekat sebagai nama masjid ini.

Masjid ini bersama masjid masjid bersejarah yang berada disekitar Masjid Nabawi lainnya sempat di kabarkan berbagai media, akan di gusur oleh pemerintah Arab Saudi dalam rangka proyek perluasan Masjid Nabawi. Hal tersebut lebih kepada ke khawatiran akan lenyapnya situ situs sejarah Islam disana seperti yang sudah dilansir berbagai media bagaimana mega proyek perluasan Masjidil Haram di kota Mekah telah menyebabkan lenyapnya situs situs sejarah disana.



Namun, hingga saat kami berkunjung kesana di bulan Nopember 2019, masjid masjid bersejarah disekitar Masjid Nabawi masih berdiri kokoh ditempatnya dengan bentuk aslinya dan pemerintah Arab Saudi juga telah melakukan langkah langkah konservasi terhadap bangunan bangunan tersebut termasuk renovasi dan penataan kawasan disekitarnya bersamaan dengan proyek perluasan Masjid Nabawi.

Lokasi Masjid Al-Ghamamah saat ini hanya terpaut beberapa meter dari sudut barat daya areal pelataran Masjid Nabawi paska perluasan. Sehingga Masjid Nabawi pun terlihat jelas dari masjid ini begitupun sebaliknya. Lokasi masjid Al-Ghamamah juga berdekatan dengan dua masjid bersejarah lainnya yakni Masjid Sahabat Abu Bakar Assidik dan Masjid Sahabat Ali bin Abi Thalib.

Masjid Al-Ghamamah, Madinah.

Nama dan Sejarah Masjid Al-Ghamamah

Disebut sebagai masjid Al-Ghamamah yang berarti awan mendung, di lahan masjid ini berdiri merupakan tempat Rosulullah S.A.W melaksanakan Sholat Istisqo’ untuk memohon kepada Allah agar diturunkan hujan. Dan segera setelah pelaksanaan sholat awan mendung pun datang menggelayut disusul dengan turun-nya hujan. Itu sebabnya sampai kini masjid ini disebut Masjid Al-Ghamamah, mengabadikan peristiwa di masa Rosulullah tersebut.

Masjid ini juga disebut sebagai masjid Id atau masjid Hari Raya, karena dalam sejarahnya, lokasi tempat masjid ini berdiri merupakan tempat Nabi Muhammad S.A.W melaksanakan sholat hari raya di empat tahun terahir kehidupan Beliau. Perlu di ketahui bahwa pada masa Rosulullah di tempat ini hanyalah tanah lapang yang beliau gunakan untuk melaksanakan sholat, belum berbentuk sebuah bangunan masjid.

Masjid Al-Ghamamah, Madinah.
Di lokasi ini atau di lokasi yang berdekatan dengan lokasi masjid ini, Rosulullah S.A.W pernah melaksanakan sholat jenazah bagi Najashi. Beliau adalah Kaisar Aksum di Abbysinia (kini Ethiopia). Dalam riwayat disebutkan bahwa Najashi adalah seorang raja di kerajaan Aksum di Ethiopia yang beragama Kristen, namun menyambut baik kedatangan kaum muslimin yang mengungsi ke negerinya menghindar dari kekejaman kafir Quraisy Mekah. Dikemudian hari Najashi pun berikrar masuk Islam.

Ketika Najashi wafat, Rosulullah memimpin sholat jenazah untuk beliau secara ghaib karena khawatir tak ada siapapun yang sholat jenazah baginya di Ethiopia yang kala itu Islam belum bersemi disana, dan Peristiwa ini merupakan satu satunya peristiwa Rosulullah melakukan sholat ghaib atau sholat jenazah tanpa kehadiran dari jenazah yang di sholatkan.

Peristiwa tersebut terekam dalam salah satu hadist Rosulullah;

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengumumkan kematian Al-Najasyi pada hari kematiannya. Kemudian, beliau keluar menuju tempat shalat. Lalu, beliau membariskan shaf, kemudian bertakbir empat kali. (HR Bukhari dan Muslim).

Masjid Al-Ghamamah, Madinah.

Pembangunan Masjid Al-Ghamamah

Masjid Al-Ghamamah pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz di Madinah antara tahun 89 hingga tahun 93 Hijriah. Bangunan tersebut kemudian direnovasi oleh Sultan dinasti Mamluk, Sultan Hasan bin Muhammad bin Qalawan Ash-Shalihi sebelum tahun 761 Hijriah. Kemudian perbaikan perbaikan oleh Syarif Saifuddin Inal Al-Ala'i pada tahun 861 Hijriah.

Setelah itu, Sultan Abdul Majid I semasa kekuasaan Khalifah Islamiyah di Istabul – Turki pada tahun 1275 Hijriah / 1859 melakukan renovasi ke bentuk masjidnya seperti saat ini, selain perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid dan di renovasi kembali oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz Al Saud, selaku Raja Saudi Arabia.

Masjid Al-Ghamamah kembali direnovasi secara menyeluruh oleh pemerintah Arab Saudi bersamaan dengan perluasan Masjid Nabawi dengan membangun dan menata kawasan disekitar masjid ini yang disinkronkan dengan Masjid Nabawi, yang pelataran sisi selatan-nya kini sudah sangat dekat dengan masjid Al-Ghamamah, karenanya Masjid Al-Ghamamah ini tidak lagi digunakan untuk penyelenggaraan sholat lima waktu yang sudah dialihkan ke Masjid Nabawi.

Kawanan merpati di masjid Al-Ghamamah.

Arsitektur Masjid Al-Ghamamah

Masjid Al-Ghamamah ini dibangun dalam arsitektur bangunan masjid bergaya klasik, tidak seutuhnya bergaya usmani meski sempat berada di bawah kekuasaan dinasti Turki Usmani. Denah bangunannya berbentuk persegi panjang, terdiri dari dua bagian; bagian beranda dan ruang shalat utama. Berandanya berbentuk persegi panjang dengan panjang 26 meter dan lebar empat meter, di bagian atapnya dilengkapi dengan lima kubah, dilengkapi dengan lengkungan lengkungan.

Ruang sholat berukuran panjang 30 meter dan lebar 15 meter, ruangannya seolah terbadi dua oleh jejeran pilar pilar berlengkung penyanggah struktur atap. Bagian atapnya terdapat enam kubah, atap masjid dibangun lebih tinggi dibandingkan atap bagian berandanya. Enam kubah diatap masjid ini dibangun dua jejer dengan kubah paling besar berada di bagian atas area mihrab yang menghadap ke selatan. Karena posisi Kota Madinah berada disebelah utara dari Ka’bah di kota Mekah, arah kiblat masjid ini menghadap ke selatan.

Tiga masjid bersejarah di dekat masjid Nabawi : kiri depan adalah Masjid Al-Ghamamah, tengah adalah Masjid Abu Bakar, paling kiri bewarna putih adalah Masjid Ali.
Bentuk jendela nya sangat khas, perpaduan dua jendela dengan bagian atas berbentuk oval dibagian atasnya ditempatkan satu jendela bundar. Padanan jendela jendela ini ditempatkan di semua sisi masjid. Pintunya dibuat dari kayu yang dihias ukiran khat Utsmani. Masjid Al-Ghamamah dilengkapi dengan satu menara yang dibangun menyatu dengan bagian masjid di pojok barat laut bangunan utama.

Secara keseluruhan sisi luar Masjid Al-Ghamamah dihiasi dengan lapisan batu basal hitam. Sementara itu, bagian atas kubahnya dipoles dengan warna putih. Di bagian dalam, dinding dan cekungan kubah dipoles dengan warna putih. Tiang-tiang penyangga masjid dipoles dengan warna hitam sehingga memberikan pemandangan indah pada masjid dengan dua warna yang serasi***.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga