Sabtu, 29 Februari 2020

Masjid Ar-Rahman PDAM Tirta Bhagasasi

Masjid Ar-Rahman di komplek Kantor PDAM Tirta Bhagasasi Cikarang.

Masjid Ar-Rahman adalah masjid yang berdiri megah di komplek kantor PDAM Tirta Bhagasasi kantor Cikarang yang berada di tepian ruas jalan inspeksi kali malang, desa Hegarmukti kecamatan Cikarang Pusat. Lokasi nya tak jauh dari pasar Tegal Danas di tepian kali malang.

Masjid megah dengan balutan warna biru tua ini dibangun tiga lantai, ruang sholat utama berada di lantai dua, ruang sholat wanita ditempatkan di lantai tiga (mezanin) sedangkan lantai dasar (basement) masjid dijadikan area parkir motor (kendaraan roda dua) dan fasilitas pendukung termasuk toilet dan tempat wudhu.

Masjid Jami' Ar - Rahman
Hegarmukti, Kec. Cikarang Pusat, Bekasi, Jawa Barat 17530




Berdasarkan prasasti peresmian yang ditempatkan di teras lantai dua masjid disebutkan bahwa masjid Ar-Rahman ini diresmikan pada tanggal 29 September 2017 bertepatan dengan tanggal 9 Muharram 1439H oleh bupati Bekasi, dr. Hj. Neneng Hasanah Yasin.

Pembangunan masjid ini telah dimulai tahun 2016 bersamaan dengan pembangunan kantor PDAM Tirta Bhagasasi di Cikarang. Saat ini dibagian depan proyek pembangunan masjid ini masih berdiri  menjulang bangunan menara BTS yang kemudian dibongkar seiring dengan selesainya pembangunan masjid dan kompleks perkantoran ini.

Progress pembangunan masjid Ar-Rahman PDAM Tirta Bhagasasi sejak tahun 2016 hingga tahun 2018.
Lokasi masjid ini berada di halaman depan kantor PDAM Tirta Bhagasasi, lengkap dengan area parkir kendaraan yang cukup luas sehingga memudahkan bagi siapa saja yang melintas di daerah tersebut untuk singgah saat tiba waktu sholat. Seperti saat kami singgah disana untuk sholat magrib, tampak sebagian besar Jemaah nya adalah mereka yang sedang dalam perjalanan baik yang akan atau dari arah Karawang menuju ke Cikarang.

Tangga akses menuju ke ruang sholat ditempatkan disisi timur, dari tangga ini langsung mengarah ke pintu utama masjid, dan untuk menuju ke lantai tiga (mezanin) ada sepasang tangga di sisi kiri dan kanan pintu utama. Akses lainnya ke ruang sholat utama dapat melalui tangga dari area tempat wudhu yang menuju ke teras samping kiri dan kanan masjid.***

Foto Esterior Masjid Ar-Rahman

Masjid Ar-Rahman dari seberang Kali Malang diantara jejeran bangunan warung di tepian ruas jalan Tegal Danas. (foto dari akun instagram @hendrajailani)
Mosque in blue (IG @hendrajailani)
Tanda peresmian masjid.
Kolam ikan hias di samping masjid.
Sepasang tangga ke lantai 3 (mezanin)

Interior Masjid Ar-Rahman 

Menjelang sholat magrib.
Hamparan karpet merah.
pintu sebelah utara.
Dibawah kubah.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara
------------------------------------------------------------------

Baca juga


Minggu, 16 Februari 2020

Masjid Abu Bakar Siddiq .R.A – Madinah

Masjid Abu Bakar di Madinah (lihat lebih banyak foto di instagram @hendrajailani)

Masjid Abu Bakar Siddiq R.A.merupakan salah satu dari tiga masjid tua bersejarah yang “tempatnya berdiri” berhubungan erat dengan sejarah awal perkembangan risalah Islam di kota Madinah. Lokasi masjid Abu Bakar Assidik berada di sisi barat daya Masjid Nabawi. Pelataran Masjid Nabawi setelah perluasan hanya berjarak beberapa meter dari masjid ini.

Lokasi Masjid Abu Bakar Assidiq ini sangat berdekatan dengan Masjid Ghamama dan Masjid Ali. Hanya terpaut sekitar 40 meter dari Masjid Ghamama dan pada saat pemerintah Arab Saudi meluncurkan proyek perluasan Masjid Nabawi, tiga masjid ini sempat menjadi buah bibir karena disebut sebut akan dibongkar untuk keperluan proyek perluasan Masjid Nabawi. Namun saat proyek perluasan berlangsung, pemerintah Arab Saudi justru merenovasi masjid masjid bersejarah ini.

Masjid Abu Bakr Siddeeq RA
Al Haram, Madinah 42311, Arab Saudi



Renovasi yang dilakukan pemerintah Saudi lebih kepada perbaikan masjid dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya serta melakukan penataan kawasan disekitar masjid ini sehingga tampak lebih apik serta disinkronkan dengan kawasan Masjid Nabawi. Keseluruhan kawasan disekitar tiga masjid ini dirapikan dengan dilapis dengan lantai batu dari berbagai jenis ditambah dengan bangku bangku dari batu dan penanaman pepohonan pelindung.

Pada saat proses renovasi masjid masjid ini ditutup termasuk masjid Abu Bakar Assidiq, dan kemudian dibuka lagi untuk umum setelah renovasi dan proyek penataan selesai dilaksanakan. Namun demikian tidak seperti Masjid Al-Ghamamah yang pintunya selalu dibuka sehingga Jemaah bisa masuk ke dalam masjid, Masjid Abu Bakar ini pintunya tidak pernah dibuka untuk umum.

Masjid Abu Bakar diantara para pengunjung dan kepakan sayap merpati.
Beberapa Jemaah yang datang kesana dan sepertinya memang berniat untuk sholat di masjid ini tampak melakukan ibadah shoat sunnat di depan pintu masjid. Tiga masjid bersejarah ini memang tidak lagi menyelenggarakan sholat lima waktu, karena sudah dialihkan ke Masjid Nabawi yang kini sudah begitu dekat terutama setelah proyek perluasan.

Sejarah Masjid Abu Bakar Siddiq

Ada dua versi tentang latar belakang sejarah Masjid Abu Bakar, versi pertama menyebutkan bahwa di lokasi masjid ini, Khalifah Abu Bakar Siddiq semasa hidupnya pernah menyelenggarakan sholat Hari Raya bersama Rosululah dan muslim terdahulu. Versi kedua menyebutkan bahwa dilokasi tempat masjid ini berdiri dulunya merupakan rumah kediaman Abu Bakar Siddiq. R.A. Bisa jadi kedua peristiwa tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya.

Senja di Masjid Abu Bakar.
Karena latar belakang sejarah tersebutlah, masjid ini dibangun di lokasi ini. Kemudian dibangun sebuah masjid untuk megenang sejarah tersebut oleh Khalifah Umar Bin Abdul Aziz sekitar tahun ke 50H. Masjid tersebut kemudian dibangun ulang dalam bentuknya sekarang oleh Sultan Mahmud Khan al-Utsmani (Sultan Mahmud II, wafat tahun 1255 H/ 1839M).

Bangunan masjid dari masa Sultan Mahmud Khan Al-Usmani tersebut kemudian direnovasi oleh Raja Fahd tahun 1411H tanpa mengubah bentuk aslinya. Luas Masjid Abu Bakar Siddiq ini berukuran 19.5 x 15 m, lebih kecil dibandingkan dengan Masjid Al-Ghamamah.

Merpati di kubah Masjid Abu Bakar.
Karena tidak difungsikan sebagai tempat ibadah dan pintunya pun selalu terkunci, Masjid Abu Bakar Siddiq ini kini lebih sebagai sebuah bangunan prasasti pengingat sejarah masa lampau. Meski bangunannya terawatt dengan baik, beberapa bagian masjid terutama pada bagian pintu terdapat banyak sekali coretan coretan baik dengan hurup arab maupun dengan hurup latin. Entahlah apa tujuan dari orang orang pelaku pencoretan tersebut.

Arsitektur Masjid Abu Bakar Siddiq

Masjid Abu Bakar Siddiq dibangun dalam gaya klasik era awal Usmaniyah. Terdiri dari dua bangunan yakni bangunan masjid dengan kubah besar haya Byzantium di atapnya, ditambah dengan satu menara degan satu balkoni berukiran qurnis dan ujung menara nya dibuat lancip seperti lazimnya masjid masjid Usmani. Menara ini dibangun disi utara menempel dengan bangunan masjid. Fasad depannya dilapis dengan batu batu alam hitam.

Ada dua pintu akses di masjid ini yang sedikit masuk ke dalam tembok bangunan membentuk sebuah ceruk berlengkung yang tak terlalu dalam. Dua pintu ini dibuat senada, terbuat dari bahan kayu tanpa ornamen. Pintu utama berada ditengah dengan bukaan yang berukuran lebih besar, dibagian atasnya terdapat tulisan nama masjid ini dalam aksara arab.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga



Sabtu, 15 Februari 2020

Masjid Ali, Madinah

Masjid Ali dari arah gerbang nomor 7 Masjid Nabawi diantara para jemaah yang baru selesai sholat fardhu di masjid Nabawi.

Masjid Ali merujuk kepada Khalifah Ali Bin Abu Thalib merupakan satu dari tiga masjid bersejarah yang berada di sebelah barat Masjid Nabawi bersama sama dengan Masjid Al-Ghamamah dan Masjid Abu Bakar. Lokasi Masjid ini hanya terpaut sejauh sekitar 100 meter sebelah barat dari gerbang nomor 7 pelataran masjid Nabawi setelah perluasan dan sekitar 122 meter ke utara dari Al-Ghamamah. Lokasi Masjid Ali bin Abi Thalib berada di sisi selatan ruas jalan As-Salam, ruas jalan yang berahir ke gerbang Nomor 7 pelataran Masjid Nabawi.


Masjid Ali Bin Abu Thalib tidak lagi digunakan sebagai tempat ibadah, karena lokasinya yang berdekatan dengan Masjid Nabawi, semua aktivitas sholat lima waktu dialihkan ke Masjid Nabawi. Pintu masjid ini selalu terkunci, namun tetap menarik perhatian Jemaah dari berbagai Negara untuk sekedar berkunjung. Sayangnya ada saja Jemaah yang melakukan perbuatan kurang terpuji dengan mencoret coret tembok masjid ini terutama di sisi sekitar pintu gerbang sisi timur masjid.




Sejarah Masjid Ali Bin Abu Thalib

Menurut riwayat, Nabi pernah sholat Ied di tempat ini. sementara riwayat yang lain menyebutkan bahwa masjid ini dibangun di teratak rumah Khalifah Ali Bin Abi Thalib bersama istrinya Fatimah Az-Zahra yang merupakan putri kesayangan Rosulullah S.A.W. itu sebabnya masjid ini dinamai dengan nama Masjid Ali Bin Abu Thalib.

Bersamaan dengan dimulainya proyek perluasan Masjid Nabawi, masjid Ali Bin Abi Thalib dan dua masjid lainnya di lokasi yang berdekatan sempat dikabarkan akan di gusur, namun ternyata berita itu tak terbukti, masjid Ali Bin Abu Thalib masih berdiri ditempatnya meski tidak dibuka untuk umum. Semua aktivitas sholat berjamaah lima waktu dialihkan ke Masjid Nabawi karena memang lokasinya yang tidak berjauhan. Dan memang tidak ada anjuran ataupun keistimewaan untuk melakukan sholat di masjid ini.

Pagi hari di depan Masjid Ali.

Sejarah Pembangunan Masjid Ali Bin Abu Thalib

Masjid Ali Bin Abi Thalib pertama kali dibangun ole Khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang memerintah di Madinah sebagai pengingat sejarah tempatnya berdiri. Bangunan tersebut kkemudian direnovasi oleh Gubernur Dhaigham Al-Manshuri, Gubemur Madinah tahun 881 H. Setelah itu juga direhab oleh Sultan Abdul Majid I pada saat Arab Saudi menjadi bagian dari wilayah Khalifah Turki Usmani yang berpusat di Istanbul. Renovasi terhadap masjid ini kembali dilakukan tahun 1269 H.

Dimasa kekuasaan kekuasaan Kerajaan Arab Saudi, Masjid Ali Bin Abu Thalib kembali  direnovasi oleh Raja Fahd pada tahun 1411 H, sebagaimana dijelaskan pada prasasti yang dipasang ditembok pagar disamping gerbang timur masjid. Raja Fahd memperluas masjid ini hingga mencapai 682 m2 dengan menara setinggi 26 meter.

Masjid Ali Bin Abu Thalib.

Arsitektur Masjid Ali Bin Abu Thalib

Masjid Ali Bin Abu Thalib terdiri dari bangunan utama, satu menara, gerbang dan pagar keliling serta kamar mandi. Bangunan utama masjid ini dilengkapi dengan serambi dengan lima lengkungan berceruk dalam bentuk senada. Pintu utama berada di lengkungan tengah, empat lengkungan lain terdapat jendela berbentuk segi empat. Pintu masjid ini sejajar dengan gerbang utama masjid yang menghadap ke jalan raya As-Salam di sebelah utara masjid.

Bangunan utama masjid ini memanjang timur barat sepanjang 35 meter dengan lebar 9 meter. Dengan tembok massif warna putih tanpa kanopi. Bagian atapnya dilengkapi dengan tujuh kubah. Satu kubah utama sedikit ditinggikan dibagian tengah dengan denah segi delapan,sementara enam kubah lainnya mengapit di sisi kiri dan kanan masing masing berdenah segi empat.

Masjid Ali di sisi ruas jalan As-Salam, bersebelahan dengan pasar disebelah kirinya, dibagian belakang tampak bangunan Masjid Abu Bakar.
Sisi kiblat masjid Ali Bin Abi Thalib berada di sisi selatan karena memang kota Madinah berada di sebelah utara kota Mekah. Mihrab masjid ini berada dibagian tengah sisi kiblat berupa sebuah cerukan sedalam 1.25 meter di tembok sisi selatan yang sedikit dibangun menonjol kesisi luar, setinggi sekitar tiga meter. Dinding sisi selatan masjid ini dilengkapi dengan beberapa penopang tembok di sisi luar.

Secara keseluruhan masjid Ali Bin Abu Thalib ini memiliki langgam bangunan yang mirip dengan Masjid Al-Ghamamah, namun menaranya dibangun serupa dengan menara Masjid Abu Bakar Assidiq, berupa menara berdenah segi delapan dengan satu balkoni dan bagian puncaknya berbentuk kerucut lancip layaknya bangunan menara gaya Usmani. Satu menaranya ini dibangun di sudut tenggara masjid menempel ke tembok masjid.

Gerbang pagar Masjid Ali, dibagian atasnya tertulis nama masjid ini dengan kaligrafi huruf Arab. 

Bangunan kamar mandi dan tempat wudhu dibangun di sebelah barat bangunan utama. Sekeliling masjid ini kini dilengkapi dengan pagar tembok dan dua gapura. Gapura utama di sisi utara dan gapura kedua di sisi timur. Pintu pagar di dua gerbang ini kini selalu dalam keadaan terkunci.

Pengunjung hanya dapat melihat masjid ini dari luar pagar, karena memang tidak ada akses untuk masuk walau sekedar ke halamannya. Namun demikian, bangunan masjid ini tampak terawat dengan baik, meski tidak digunakan lagi untuk peribadatan.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Minggu, 09 Februari 2020

Masjid As Syajaroh Mekah

Masjid As-Syajaroh, Ma'la, Al-Hujun, Mekah Al-Mukarromah.

Masjid As Syajaroh adalah salah satu masjid tua dan bersejarah di kota Mekah Al-Mukarromah. Lokasi masjid ini berseberangan dengan Masjid Jin di perkampungan Ma’la, kawasan Al-Hujun, kota Mekah. Lokasi masjid ini sangat dekat dengan pamakaman muslim Ma’la. Masjid mungil ini berdekatan dengan Masjid Jin meski ukurannya jauh lebih kecil. Masjid ini terawat dengan baik lengkap dengan segala fasilitas penunjangnya dan telah diperbaharui oleh pemerintah Arab Saudi di tahun 1421H bersamaan dengan Masjid Jin.

Secara harfiah Syajarah berarti pohon. Disebut demikian karena masjid ini dibangun di bekas tempat sebuah pohon yang menjadi salah satu mu’jizat Nabi Muhammad S.A.W. berbagai riwayat menyebutkan bahwa Rosulullah memanggil pohon tersebut untuk datang kehadapan Beliau. Dengan izin Allah, pohon tersebutpun berjalan menghampiri Rosulullah dan kemudian kembali lagi ke tempatnya semula mengikuti perintah Rosulullah.

Masjid e Shajar
Al Hujun, Mecca 24231, Saudi Arabia


Ada beberapa hadist yang menerangkan tentang mukjizat Rosulullah yang mampu memanggil pohon, salah satunya dari jalur Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Hakim.

dia berkata, "Kami pernah bersama Rasulullah SAW dalam sebuah perjalanan, lalu ada seorang badui menuju kepadanya. Ketika sudah dekat Beliau bertanya kepadnya, "Hendak kemanakah kamu?" Dia menjawab, "Hendak ke keluargaku." Beliau bertanya: "Apakah hendak menuju kepada kebaikan?" Dia menjawab, "Apakah itu?" Beliau bersabda, "Kamu bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah; tiada sekutu bagi-Nya, bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."

Dia bertanya, "Apakah ada yang bersaksi atas apa yang kamu katakan?" Beliau menjawab, "Pohon ini." Lalu Rasulullah SAW memanggil pohon itu yang berada di pinggir lembah. Pohon itu membelah bumi berjalan menghadap Beliau, lalu berdiri tepat di hadapannya. Beliau meminta agar ia bersaksi tiga kali, maka pohon itu pun bersaksi bahwa Beliau itu seperti apa yang dikatakannya.

Kemudia pohon itu kembali ke tempat semula dan orang badui itu kembali kepada kaumnya; dia berkata, "Jika mereka mau mengikutiku aku akan datang kepadamu bersama mereka. Jika tidak, aku akan kembali kepadamu sendirian dan aku akan bersamamu."

Terkait dengan peristiwa yang demikian itu, ummat Islam wajib untuk menyakini-nya dan tidak perlu berfikir keras untuk memahami bagaimana caranya pohon bisa berjalan, memahami dan mematuhi perintah Rosulullah. Demikian itulah sikap dari para sahabat dan kaum muslimin terdahulu.

Kini Masjid Syajaroh menjadi salah satu masjid pavorit untuk dikunjungi oleh Jemaah umrah ataupun Jemaah haji dari berbagai Negara termasuk Jemaah dari Indonesia, karena lokasinya yang memang tidak terlalu jauh dari komplek Masjidil Aqso, dan berdekatan pula dengan Masjid Jin dan pemakaman Ma’la yang memang menjadi destinasi yang kerap kali dikunjungi oleh para Jemaah yang sedang berada di kota suci Mekah.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Sabtu, 08 Februari 2020

Masjid Jin di kota Mekah

Masjid Jin di kota Mekah Al-Mukaromah.

Tentang Masjid Jin

Masjid Jin di merupakan salah satu masjid bersejarah di kota Mekah Al-Mukarromah, lokasinya berada di perkampungan Ma’la, kawasan Al-Hujun, sangat dekat dengan komplek pemakaman muslim Ma’la, sekitar 1,5km disebelah utara Komplek Masjidil Haram. Jin yang dimaksud dalam nama masjid ini adalah memang merujuk kepada mahluk Jin. Masjid ini disebut sebut sebagai tempat serombongan Jin menyatakan ke-Islaman dan berbai’at kepada Rosululullah, karenanya masjid ini juga seringkali disebut dengan nama Masjid Bai’ah, atau juga seringkali disebut sebagai Masjid Al-Haras.

Sejauh ini kami belum menemukan literatur tentang kapan dan oleh siapa bangunan masjid Jin ini pertama kali dibangun. Mengingat dari sekian banyak hadist yang berkaitan dengan peristiwa pertemuan Nabi Muhammad S.A.W semuanya menjelaskan bahwa pertemuan Rosulullah dengan delegasi Jin tersebut terjadi di sebuah tempat terbuka di malam hari, bukan didalam sebuah bangunan masjid. Sangat jelas bahwa bangunan masjid ini baru dibangun setelah peristiwa itu terjadi.

Masjid Jin menjadi salah satu masjid yang ramai dikunjungi oleh para Jemaah umroh ataupun Jemaah haji dari berbagai Negara termasuk Jemaah dari Indonesia. Biro biro perjalanan umroh dan haji pun memasukkan kunjungan atau sekedar melintas di masjid ini dalam agenda city tour mereka bersama para jemaahnya dengan dipandu oleh tour leader atau mutowif nya masing masing yang memberikan penjelasan tentang tempat tempat yang mereka kunjungi.

Jinn Mosque
8464 Al Masjid Al Haram Rd, Al Hujun, Mecca 24231, Saudi Arabia
                           

Masjid Jin kini berada di pusat kota berdiri megah dengan balutan warna abu abu lengkap dengan menara dan kubahnya, di lingkar kubah bagian dalam terdapat kaligrafi Al-qur’an dari surah Jin. Masjid ini dibangun dua lantai, denahnya memanjang utara selatan, sisi kiblatnya berada di selatan karena memang posisi masjid ini yang berada disebelah utara  Masjidil Haram tempat Ka’bah berada. Bangunannya sudah diperluas dan diperbaharui oleh pemerintah kerajaan Arab Saudi pada tahun 1421H (tahun 2000 masehi), dan difungsikan untuk peribadatan dengan segala fasilitas pendukungnya.

Riwayat Pertemuan Rosulullah dengan Delegasi Jin

Tentang ke-Islaman Jin tersebut diterangkan dalam Alquran surah Jin (72) ayat 1-2. "Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin mendengarkan Alquran. Lalu, mereka berkata, `Sesungguhnya, kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Karena itu, kami memercayainya dan kami tidak akan mempersekutukan Allah SWT dengan siapa pun juga."

Peristiwa ini terjadi saat Rasul SAW bersama para sahabat sedang melaksanakan shalat Subuh. Ketika itu, Rasul SAW membaca surah Ar-Rahman [55] ayat 1-78. Dalam surah Ar-Rahman ini terdapat beberapa ayat yang berbunyi, "Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" 

Masjid Jin diantara gedung gedung jangkung disekitarnya.
Ketika ayat ini dibacakan, para jin yang hadir saat itu langsung menjawabnya dengan kalimat, "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami tidak mendustakan nikmat-Mu sedikit pun. Segala puji hanya bagi-Mu yang telah memberikan nikmat lahir dan batin kepada kami." Peristiwa tersebut juga disebutkan dalam surah Al-Ahqaf [46]: 29-32.

“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya), lalu mereka berkata,  'Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).” Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.

Mereka berkata, "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus, Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. Dan orang-orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan dapat melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata."

Masjid Jin berdekatan dengan jembatan penyeberangan orang (JPO) dikawasan Al-Hujun, di sisi timur komplek pemakaman Ma'la.
Dalam tafsir Ibnu Katsir surah Al-Ahqaf dijelaskan panjang lebar tentang peristiwa tersebut dan peristiwa pertemuan Rosulullah dengan Jin. Secara garis besar peristiwa rombongan Jin mendengar Rosulullah membaca surah Ar-Rahman dalam sholat dan peristiwa pertemuan Rosulullah dengan delegasi Jin itu terjadi diwaktu yang berbeda. Peristiwa rombongan Jin mendengar Rosulullah membaca Al-Qur’an surah Ar-Rahman itu terjadi pada saat Rosulullah sedang mengimami para sahabat sholat subuh di Lembah Nakhlah.

Sedangkan pertemuan Rosululllah dengan delegasi Jin terjadi suatu malam yang lain di suatu tempat bernama Al-Hujun di kota Mekah, dalam beberapa hadist yang lain disebutkan bahwa lokasi pertemuan Rosulullah dengan delegasi Jin itu terjadi di dataran yang paling tinggi di Mekah dan malam itu dalam catatan sejarah seringkali disebut sebagai “malam jin”. Hadist hadist yang menjelaskan tentang pertemuan Rosulullah dengan delegasi Jin tersebut semuanya bermuara dari sahabat Abdullah ibnu Mas'ud r.a.

Peristiwa Nakhlah

Pada peristiwa di Nakhlah, Rosulullah tidak mengetahui atau tidak menyadari kehadiran rombongan Jin yang mendengarkan beliau membaca surah Ar-Rahman dalam sholat subuh bersama para sahabat. Sampai kemudian beliau menerima wahyu surah Jin ayat 1 dan 2 seperti tersebut diatas.

Dijelaskan bahwa ketika itu Rosulullah dan para sahabat sedang dalam perjalanan menuju pasar Ukas dan berhenti di Nakhlah untuk sholat subuh, sedangkan rombongan Jin tersebut sedang dalam perjalanan dari Nasibin (di Suriah) menuju Tihamah (daerah pesisir jazirah arab di tepian laut merah) menjalankan tugas mereka dari kaumnya untuk menemukan sebab musabab terhalang nya upaya mereka mendengar berita langit.

Puncak menara Masjid Jin.
Saat mendengar Rosulullah membacakan surah Ar-Rahman (55) Lalu, mereka (rombongan Jin tersebut) berkata, `Sesungguhnya, kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Karena itu, kami memercayainya dan kami tidak akan mempersekutukan Allah SWT dengan siapa pun juga."

Rombongan Jin tersebut kemudian kembali kepada kaumnya dan menceritakan tentang apa yang mereka temukan dalam pencarian-nya. "Dan ketika rombongan jin itu kembali kepada kaumnya, mereka berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami (Al-Jin: 1-2) Dan Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Katakanlah (hai Muhammad), "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur'an) " (Al-Jin: 1).

Kaum Jin kemudian mengirimkan utusan untuk bertemu dengan Rosulullah. Adapun saat pertemuan dengan delegasi Jin tersebut, Rosulullah melakukannya sendirian, tidak ditemani oleh satupun dari para sahabat. Hadist hadist yang bermuara dari Abdullah Ibnu Mas’ud dari berbagai jalur pun menjelaskan bahwa beliau (Ibnu Mas’ud r.a) terpisah jarak yang jauh dari Rosulullah pada malam Jin tersebut dan tidak dapat melihat ataupun mendengar pembicaraan Rosulullah dengan delegasi Jin dimaksud.

Lalu apa yang dilakukan Rosulullah saat bertemu dengan delegasi Jin? Surah Al-Jin dan surah Al-Ahqhaf serta dari berbagai hadist disebutkan dengan jelas bahwa Rosulullah diperintahkan untuk menemui delegasi (utusan) dari kaum Jin untuk membacakan Al-Qur’an kepada mereka. Wallahua’lam.***


------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga





Minggu, 02 Februari 2020

Masjid Miqot Bir Ali, Madinah

Masjid Miqot Bir Ali di Dhul Hulaifah, Madinah, dengan gerbang utamanya dilengkapi dengan dua menara kembar.

Masjid Miqot Bir Ali atau Masjid Miqot Dhul Hulaifah adalah salah satu masjid tempat miqot  atau memulai ihram bagi Jemaah haji dan umroh yang berasal dari Madinah atau yang melalui Madinah. Secara harfiah, Bir Ali berarti “sumur sumur Ali”, nama tersebut berkaitan dengan peristiwa saat Ali bin Abu Thalib menggali sumur dengan jumlah yang sangat banyak di masjid ini.

Oleh karenanya tempat ini diberi nama Bir Ali, bir yang artinya adalah sumur dengan bentuk jamak, sedangkan Ali adalah tokoh yang telah menggali sumur tersebut paling banyak. namun saat ini sumur-sumur itu tertutup oleh bangunan-bangunan disekitar masjid dan bangunan masjid itu sendiri. Masjid ini juga biasa disebut sebagai Masjid Miqot Dhul Hulaifah merujuk kepada nama daerah tempatnya berada.

Dhul Hulaifah Miqat Mosque
Dhul Hulaifah, Medina 42393, Arab Saudi


Masjid Bir Ali merupakan masjid miqot terjauh dari kota suci Mekah, sedangkan jarak tempuh dari kota Madinah ke Bir Ali sekitar 11 kilometer. Menggunakan mobil hanya memakan waktu sekitar 15 menit.

Sejarah Masjid Miqot Bir Ali

Di lokasi masjid ini berdiri pada masa Rosulullah terdapat sebuah pohon jenis akasia yang menjadi tempat Rosulullah berteduh saat miqot ditempat ini untuk menunaikan ibadah umroh. Ditempat tersebut kemudian dibangun masjid. Masjid ini dibangun pada masa Umar bin Abdul Aziz memerintah Madinah (87-93 H).

Menara tunggal di Masjid Miqot Bir Ali berbentuk tangga spiral.
Masjid yang sama kemudian direnovasi pada masa dinasti Abbasiyah dan direnovasi lagi pada dinasti Utsmaniyah dimasa pemerintahan Sultan Mehmed IV (1058-1099 H). Pada waktu itu masjid masih berbentuk sangat kecil dan terbuat dari batu, dan belum ada jemaah haji dan umrah yang singgah di masjid ini.

Perluasan dan peningkatan fasilitas masjid dilakukan dimasa kekuasaan Raja Fahd bin Abdul Aziz yang memerintahkan renovasi dan perluasan masjid ini. Selanjutnya karena semakin banyaknya jumlah jemaah haji dan umrah, masjid ini telah diperluas beberapa kali lipat, dan diberikannya fasilitas yang diperlukan, hingga luas masjid ini mencapai 6.000 meter persegi dan dapat menampung 5000 jemaah sekaligus.

Salah satu sisi Masjid Miqot Bir Ali.

Tentang Masjid Miqot Bir Ali

Masjid Miqot Bir Ali dibangun begitu besar dengan denah segi empat menyerupai sebuah benteng pertahanan. Bangunan utama masjid berada di tengah tengah dikelilingi koridor koridor panjang dengan arcade yang dibagian sisi dalamnya di dominasi warna kemerah merahan, sedangkan tembok luar bangunannya sendiri mayoritas bewarna krem. Dari area parkir Jemaah akan melalui gerbang tinggi besar dengan dua menara diatasnya.

Bangunan utama masjid berada di dalam “tembok benteng” tersebut, dilengkapi dengan area terbuka dan taman taman hijau yang teduh. Bangunan masjidnya juga berdenah segi empat, dibagian tengahnya terdapat “inner courtyard” atau pelataran tengah dilengkapi dengan satu pancuran air di bawah bangunan kecil berkubah dikelilingi taman yang menghijau.

Mihrab dan mimbar masjid Miqot Bir Ali.
‘Bangunan seperti benteng’ yang mengitari sekeliling masjid ini sejatinya adalah bangunan bangunan fasilitas pendukung masjid, termasuk ratusan unit toilet, kamar mandi, tempat wudhu, kios kios pedagang, klinik kesehatan, loker penitipan barang, kantor pengelola, kantor petugas keamanan, dan fasilitas lainnya.

Menara masjidnya cukup unik dibangun dengan bentuk tangga spiral setinggi 62 meter, lokasinya berada di bagian dalam tembok benteng. Masuk ke dalam masjid ini, kita akan menemukan jejeran tiang tiang beton berukuran besar yang masing masing terhubung dengan lengkungan sebagai penyangga struktur atap diatasnya.

Di dalam Masjid Miqot Bir Ali.
Dominasi warna merah pada bagian atas lengkungan dan hamparan karpetnya memberikan kesan mewah di dalam masjid ini. Tiang tiang penyangga masjid ini yang cukup besar, dibagian bawahnya dibuat relung relung yang difungsikan sebagai rak tempat menyimpan kitab suci Al-Qur’an.

Untuk kenyamanan Jemaah masjid Bir Ali dilengkapi dengan lebih dari 500 toilet dan kamar mandi dibagi menjadi tiga peruntukan masing masing toilet dan kamar mandi untuk Jemaah pria, wanita dan Jemaah difabel. 

Jejeran tiang tiang beton berukuran besar dengan hamparan karpet sajadah merah di dalam masjid Miqot Bir Ali.
Banyaknya kamar mandi dan toilet tersebut sangat membantu Jemaah yang akan membersihkan diri dan bersuci sebelum memulai ihram dari masjid ini. Di masjid ini Jemaah juga akan melaksanakan sholat sunah umrah dilanjutkan dengan berniat dan melanjutkan perjalanan ke kota suci Mekah.

Landscape disekeliling masjid ini berupa pegunungan batu dan pasir serta perkebunan kurma yang cukup luas. Untuk menampung kendaraan Jemaah, masjid Bir Ali juga dilengkapi dengan halaman parkir yang cukup luas dan parkirnya tidak berbayar alias gratis.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga



Sabtu, 01 Februari 2020

Masjid Miqot Ji’ronah Saksi Bisu Perang Hunain

Masjid Miqot Ji'ronah, foto dari ust, Irvan, Tour Leader Al-Aziziyah Tour & Travel.

Masjid Miqot Ji’ronah atau kadang disebut Masjid Ji’ronah saja adalah salah satu dari tiga tempat yang ditetapkan sebagai tempat untuk miqot atau tempat menetapkan niat dan memulai ihram bagi jemaah haji ataupun umroh yang akan akan memulai ibadah haji ataupun ibadah umroh, bagi penduduk Mekah. Dua masjid lain nya adalah Masjid Aisyah dan Masjid Hudaibiyah.

Masjid miqot Ji’ronah berada di perkampungan Ji'ronah di Wadi Saraf, sekitar 24 kilometer arah timur laut Masjidil Haram. Dahulu, ditempat ini Nabi Muhammad pernah nyaris diracun oleh para musuh, dengan meracuni sumur tempat mengambil minum ditempat ini. Namun, Malaikat Jibril memberi tahu kepada Rasulullah untuk tidak mengambil air di sumur tersebut.

Jaranah Mosque
Al Ju'ranah 24621, Saudi Arabia


Sumur di masjid ini cukup terkenal hingga ke berbagai Negara termasuk di kalangan Jemaah Indonesia. Para pemandu Jemaah umroh dan haji disana menuturkan bahwa acapkali Jemaah dari Indonesia datang ke masjid ini juga untuk mengambil air dari sumur dimaksud untuk tujuan (semacam) mengharap berkahnya. Padahal tidak ada tuntunan untuk hal tersebut dari Rosulullah. 

Kini, sumur tersebut ditutup oleh Pemerintah Arab Saudi, sedangkan pasokan air untuk semua keperluan Jemaah di masjid ini diganti dengan air hasil sulingan air laut yang kualitasnya layak minum. Ditempat ini juga disediakan keran keran air minum gratis untuk jamaah, namun bukan air zamzam.

Asal Kata Ji’ronah

Syekh Muhammad Ilyas Abdul Ghani dalam bukunya yang berjudul Sejarah Makkah menuliskan, kata Ji’ronah diambil dari nama seorang wanita yang hidup di daerah tersebut. Sebagaimana diriwayatkan oleh Al Fakihi dari Ibnu Abbas R.A. bahwa surat Al-Nahl ayat 92 yang berbunyi “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali” turun terkait dengan seorang wanita Quraisy dari Bani Tim yang dijuluki dengan julukan Ji’ranah. Wanita itu disinyalir sebagai seorang wanita yang terkenal dungu.

Masjid Miqot Ji'ronah.

Saksi Bisu Sejarah Perang Hunain

Pada perang Hunain di tahun ke-8 Hijriah, Rosulullah pernah meninggalkan para tawanan perang dan harta rampasan perang dari Huwazin di Ji’ronah dan bermalam disana selama 10 malam dan menunda pembagian harta rampasan perang tersebut, karena menunggu kedatangan orang orang Hawazin yang bertobat datang menyusulnya.

Ketika harta rampasan telah dibagikan, barulah datang para utusan Hawazin memohon kepada Rasulullah agar membebaskan para tawanan beserta hartanya. Rasulullah bertanya kepada mereka, "Silakan pilih, tawanan atau harta?" Lalu mereka memilih tawanan dan Rasulullah memerintahkan agar tawanan perang dari Huwazin dibebaskan secara baik-baik. Kemudian malam itu juga dari Jiranah Rasulullah berihram dan mengerjakan umrah. Setelah itu, pada malam itu pula para tentaranya kembali ke Madinah.

Dalam tulisannya, Syekh Muhammad Ilyas Abdul Ghani menjelaskan, penting diingatkan bahwa dalam pembagian harta rampasan tersebut, Rasulullah justru memberikannya kepada orang-orang yang baru masuk Islam dan tidak sedikitpun diberikan kepada kaum Anshar sehingga menimbulkan desas-desus dan pertanyaan di kalangan mereka.

Masjid Miqot Ji'ronah.

Rasulullah menjelaskan duduk perkaranya, sembari bertanya kepada orang Anshar, “Apakah kalian tidak suka hai orang-orang Anshar jika ada orang pergi dengan domba dan untanya, lalu kembali bersama Rasulullah ikut dalam rombongan kalian?”

Mendengar apa yang diucapkan beliau itu, orang-orang Anshar kemudian menangis sehingga membasahi jenggot mereka. Dan, mereka serempak menjawab, “Kami rela atas apa yang telah diberikan dan ditetapkan Rasulullah.”

Saksi Turun Nya Surat Al-Baqoroh ayat 196

Masjid tersebut juga sebagai saksi turunnya wahyu yang termaktub pada surat Al Baqarah ayat 196 yang terjemahannya sebagai berikut:

Masjid Miqot Ji'ronah.
"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban.

Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya."

Menara masjid miqot Ji'ronah yang khas.

Tentang Bangunan Masjid Ji’ronah

Dari ketiga masjid Miqot bagi penduduk Mekah yakni Masjid Aisyah, Masjid Ji’ronah dan Masjid Hudaibiyah, dari ukuran masjidnya, Masjid Aisyah yang berukuran paling besar, Masjid Hidaibiyah yang paling kecil sedangkan ukuran masjid Ji’ronah  ada diantara keduanya.

Masjid Ji’ronah ini terahir kali diperbaharui oleh Raja Fahd yang pada saat itu menelan biaya kurang lebih 2 juta Riyal Saudi dengan luas 430 meter persegi dan dapat menampung 1.000 jamaah. Kebersihan dan kenyamanan di masjid ini sangat terasa. Fasilitas kamar mandinya besar, luas, dan bersih. Sementara, tempat parkir kendaraannya juga luas. Sama seperti masjid masjid lainnya di Arab Saudi, Masjid Ji’ronah inipun dilengkapi dengan penyejuk udara.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Referensi


Baca Juga