MASJID MASJID DI TANAH BELIDA
Seiring dengan perkembangan kampung yang sudah berubah menjadi kelurahan dengan penduduk sekitar yang semakin padat Langgar ini kembali di renovasi sekitar tahun 2008-2009 lalu. Bangunan diperlebar dan atap lebih ditinggikan. Sumber pembiayaan pembangunan berasal dari sumbangan jemaah, tokoh masyarakat, pengusaha setempat dan dermawan dermawan luar daerah yang dengan sengaja datang ke Langgar ini untuk menyumbang.
Tradisi Cawisan
Sholat jum’at dan dua sholat hari raya tidak diselenggarakan di Langgar Nurul Iman [karena memang statusnya yang bukan Masjid Jami] Tapi diselenggarakan di Masjid Jami Babussalam Gelumbang. Selain dari dari itu Langgar Nurul Iman ini juga senantiasa dijadikan tempat penyelenggaraan akad nikah putra putri warga sekitar. Sholat tarawih di Langgar Nurul Iman diselenggarakan dengan 20 rekaat plus 3 rekaat witir (dua rekaat + satu rekaat).
Selain Cawisan, di Langgar ini juga dibentuk Persatuan Kematian Jemaah Cawisan yang dikelola oleh jemaah sendiri. Nama persatuan-nya sendiri yang ada kata kematian nya itu bisa jadi membuat sebagian orang agak merasa seram ya. Persatuan kematian ini memang sudah diselenggarakan sejak pertama kali Langgar ini berdiri seumur dengan tradisi cawisan itu sendiri.
Berdasarkan berkas catatan awal setoran jemaah untuk persatuan kematian ini di tahun 60-an, setoran masing masing anggota hanya sebesar Rp. 1.5. bandingkan dengan sumbangan saat ini yang mencapai Rp. 3000 per orang per bulan. Penentuan angka Rp. 3000 tersebut didasarkan kepada kemampuan terendah dari jemaah yang datang dari berbagai kalangan.
Persatuan kematian ini mengelola dana ummat untuk penyelenggaraan Jenazah anggota cawisan yang meninggal dunia termasuk anggota keluarganya, persatuan ini yang kemudian menyediakan semua kebutuhan bagi penyelenggaraan jenazah termasuk penyediaan kain kafan, sumbangan duka, minyak wangi, cendana dan sebagainya.
Dan sejak itu usaha merintis pendirian BKMT di wilayah kecamatan Gelumbang gencar dilaksanakan sampai ahirnya berbuah manis dengan berkembang pesatnya jemaah BKMT disana. Ibu Betty Wati Juga yang menjadi ketua pertama, kemudian diteruskan oleh putri beliau, Yati Agustina.
Langgar
Nurul Iman Keluarahan Gelumbang, diantara rumah penduduk. (lihat di Panoramio)
|
itu
Kampungku, sebuah kelurahan
di sekaligus ibukota dari kecamatan Gelumbang, kabupaten
Muara Enim, provinsi
Sumatera Selatan.
Langgar dalam bahasa melayu berari Mushola. Jangan marah kalau kemudian keluar
guyonan serius ::: sholat itu nomor dua, itupun boleh di LANGGAR :::
nomor dua maksudnya bahwa sholat itu rukun Islam ke dua, Langgar yang dimaksud
adalah…..Langgar yang mushola itu.
Tak
ada yang ingat persis kapan pertama kali Langgar ini dibangun, namun menurut
penuturan ibundaku dan Pengurus Langgar Nurul Iman, yang rumahnya bersebelahan
dengan Langgar tersebut, dan beliau juga adalah Uwak ku (karena beliau adalah Abang
kedua dari Ibuku), Langgar Nurul Iman ini dibangun di atas lahan hibah dari
suami istri Bapak Dulasik dan Ibu Jerona. Suami Istri yang beramal jariah itu
adalah juga kakek dan Nenek dari Ibuku.
Semasa
kecil dulu, Langgar ini belum seindah sekarang. Aselinya adalah rumah panggung
dari kayu berdinding papan beratap genteng kampung, dengan tiang setinggi lebih
kurang satu meter saja, dilengkapi tangga pendek di sisi kiri dan kanan. Di
bagian dalam ada para-para (atau Mezanin sederhana) tempat menyimpan kitab suci
al-qur’an, juz amma, kitab kuning, perukunan melayu, regal (tatakan untuk
membaca Al-qur’an) dan lain lain. Sementara beduk digantungkan di bawah atap
bagian luar Langgar. kala itu Langgar ini dikelola oleh (alm) kakeku Idrus bin
Topa beserta sahabat sahabat seperjuangannya termasuk (alm) Khatib Yuri dan
lain lain.
Tahun
1978, langgar kayu itu di bongkar bersamaan dengan renovasi total Masjid
Jami Babussalam Gelumbang Bangunan langgar yang awalnya merupakan
bangunan kayu berbentuk rumah panggung, kemudian dirobohkan dan dibangun
kembali dengan bangunan berdinding tembok, bukan berbentuk rumah
panggung. Dengan luas yang tak jauh berbeda dengan bangunan awalnya. Lengkap
dengan dua pintu akses di kiri dan kanan nya.
Seiring dengan perkembangan kampung yang sudah berubah menjadi kelurahan dengan penduduk sekitar yang semakin padat Langgar ini kembali di renovasi sekitar tahun 2008-2009 lalu. Bangunan diperlebar dan atap lebih ditinggikan. Sumber pembiayaan pembangunan berasal dari sumbangan jemaah, tokoh masyarakat, pengusaha setempat dan dermawan dermawan luar daerah yang dengan sengaja datang ke Langgar ini untuk menyumbang.
Dengan
tenaga tukang yang men-sedekah-kan tenaga mereka untuk pembangunan Langgar ini,
dibantu para jemaah. Kepala tukang yang mengomando pembangunan Langgar ini
Cukup unik, beliau tetap menjaga profesionalitasnya dengan tetap menentukan tarif
jasa nya tapi kemudian setiap sen yang diterima-nya dikembalikan lagi ke
pengurus langgar sebagai sedekah.
Beduk yang dulunya sering hilang. hmmm, beduk itu masih berada di lokasi yang sama sejak pertama kali ku ingat dari sejak bangunannya masih barupa bangunan kayu, rumah panggung setengah tiang, di renovasi pertama hingga saat ini. Saat masih kecil dulu, Pak khatib Yuri (seangkatan dengan Kakek-ku) yang rumahnya tepat dibelakang Langgar ini seringkali kehilangan beduk menjelang sahur. Kok Bisa ?, karena beduknya sudah kami angkut dengan gerobak lalu digebuk keliling kampung buat membangunkan orang sekampung untuk sahur. heheheh. . . lama lama dia hafal, tak perlu nyari dan mukul beduk menjelang sahur, pasti sudah di angkut oleh cucu cucu nya Idus. (lihat foto di Panoramio) |
Tradisi Cawisan
Kini
bangunan Langgar Nurul Iman sudah cukup lega dan megah di tengah tengah Kampung
Dua atau kampung Derat (kampung darat) Kelurahan Gelumbang. Selain
menyelenggarakan sholat wajib lima waktu Langgar ini juga menyelenggarakan
pendidikan Alqur’an untuk kanak kanak, pengajian rutin ibu ibu majelis ta’lim
(dalam bahasa setempat disebut Cawisan).
Cawisan
atau majelis ta’lim ini merupakan tradisi turun temurun yang tetap lestari
hingga kini. Majelis ta’lim atau cawisan ini diselenggarakan oleh ibu ibu
sekali dalam sepekan setiap hari Jum'at (dulunya setiap hari Kamis) bakda Zuhur
hingga Asyar. Acara cawisan di isi dengan pengajian dan siraman rohani oleh
para ustadzah dari lingkungan sendiri maupun dari luar daerah. Cawisan ini
melibatakan ibu ibu hingga remaja putri jemaah Langgar dari semua kalangan.
Istri istri dan putri pejabat kelurahan hingga Muspika pun turut serta dalam
cawisan.
Langgar
Nurul Iman dari jendela rumah pengurus Langgar (rumah bercat kuning dalam foto kedua di-atas). Aku juga sudah tidak ingat lagi bentuk atap bangunan Langgar paska renovasi kedua dulu. (Lihat fotonya di panoramio)
|
Sholat jum’at dan dua sholat hari raya tidak diselenggarakan di Langgar Nurul Iman [karena memang statusnya yang bukan Masjid Jami] Tapi diselenggarakan di Masjid Jami Babussalam Gelumbang. Selain dari dari itu Langgar Nurul Iman ini juga senantiasa dijadikan tempat penyelenggaraan akad nikah putra putri warga sekitar. Sholat tarawih di Langgar Nurul Iman diselenggarakan dengan 20 rekaat plus 3 rekaat witir (dua rekaat + satu rekaat).
Persatuan
Kematian
Selain Cawisan, di Langgar ini juga dibentuk Persatuan Kematian Jemaah Cawisan yang dikelola oleh jemaah sendiri. Nama persatuan-nya sendiri yang ada kata kematian nya itu bisa jadi membuat sebagian orang agak merasa seram ya. Persatuan kematian ini memang sudah diselenggarakan sejak pertama kali Langgar ini berdiri seumur dengan tradisi cawisan itu sendiri.
Berdasarkan berkas catatan awal setoran jemaah untuk persatuan kematian ini di tahun 60-an, setoran masing masing anggota hanya sebesar Rp. 1.5. bandingkan dengan sumbangan saat ini yang mencapai Rp. 3000 per orang per bulan. Penentuan angka Rp. 3000 tersebut didasarkan kepada kemampuan terendah dari jemaah yang datang dari berbagai kalangan.
Persatuan kematian ini mengelola dana ummat untuk penyelenggaraan Jenazah anggota cawisan yang meninggal dunia termasuk anggota keluarganya, persatuan ini yang kemudian menyediakan semua kebutuhan bagi penyelenggaraan jenazah termasuk penyediaan kain kafan, sumbangan duka, minyak wangi, cendana dan sebagainya.
Cikal
Bakal BKMT 3 Kecamatan
Di
Langgar ini menjadi saksi sejarah cikal bakal pendirian BKMT (Badan Kontak
Majelis Ta'lim) Gelumbang
dan sekitarnya yang dirintis oleh Ibu Betty Wati binti Idrus bin Topa (beliau
masih keturunan langsung dari pendiri langgar ini) beserta keluarga. Bermula
sejak tahun 2005 lalu, pelan tapi pasti usaha yang gigih selama 7 (tujuh) tahun
masuk keluar kampung hingga ke pelosok tepian Sungai Kelekar dan Sungai Belida.
Kini, Alhamdulillah anggota pengajian ini telah berkembang pesat hingga ke
wilayah tiga kecamatan sekaligus yakni : Kecamatan Gelumbang,
Kecamatan Kelekar & Kecamatan Lembak.
Usaha
tersebut dilakukan beliau bersama putri putri beliau yakni Yati Agustina (biasa
dipanggil Upik) dan Budi Astuti ::: yang semasa remajanya aktif
di Remaja Masjid Agung [RISMA] Bandung ::: beserta ibu ibu 'cawisan' di
Langgar Nurul Iman, usaha untuk membentuk BKMT ini di ilhami dari pengajian Ibu
Nani Rohaeni di Ogan
Ilir tempat dimana Upik :: putri beliau :: yg memang sejak di bangku kuliah
giat dalam aktivitas dakwah di kampusnya menjadi salah satu jemaah disana
berujung kepada perkenalan dengan Ibu Tuti Alawiyah di Jakarta.
Dan sejak itu usaha merintis pendirian BKMT di wilayah kecamatan Gelumbang gencar dilaksanakan sampai ahirnya berbuah manis dengan berkembang pesatnya jemaah BKMT disana. Ibu Betty Wati Juga yang menjadi ketua pertama, kemudian diteruskan oleh putri beliau, Yati Agustina.
Kini
setelah BKMT berkembang, tersisa satu satu harapan beliau agar BKMT tetaplah
sebagai sebuah majelis taklim tempat ummat menimba ilmu agama tidak dibawa atau
terbawa bawa oleh oknum manapun ke kancah politik praktis, beliau juga berharap
agar siapapun yang kemudian memegang kendali organisasi agar tidak memanfaatkan
BKMT untuk kepentingan pribadi dan golongan, dan senantiasa siap mengabdikan
diri bagi kepentingan ummat.
Bila
kebetulan melintas di kelurahan Gelumbang di
jalur tengah lintas sumatera antara kota Prabumulih dan Kota Palembang, anda
akan bertemu dengan Simpang 4 Gelumbang, disana
berdiri Masjid
Jami Babussalam Gelumbang yang kini sedang kembali direnovasi
total, dari sana belok ke arah timur, ke arah stasiun Gelumbang,
sekitar seratus meteran anda akan menjumpai langgar ini. Silahkan Mampir.
(updated : 1-April-2012 | 12-Januari-2013 | 29-Januari-2016)
------------------------------------------------------------------
Follow
& Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
Baca Juga
Masjid
Jami’ Babussalam Gelumbang l Masjid
Jami’ Babussalam di Rindu
Masjid l Langgar
Nurul Iman Gelumbang l Masjid
Tua Talang Menerai l Masjid
Attaqwa Kp.II. Gelumbang l Masjid
Al-Manshurin Karangendah l Masjid
Arrahman Lembak l Masjid
Annuqba Kota Prabumulih l Masjid
Sigam, Gelumbang l Masjid
Nurul Fattah Gelumbang l Masjid Nurul Yaqin Sialingan
Assalamualaikum.
BalasHapusSalam silahturahmi kak
Wa'alaikum salam
BalasHapusmakasih dah mampir...
bagus info.y
BalasHapusAssalamu Alaikum Kang. Semoga daramang sadayana.
BalasHapusAwalnya lagi brosing2 kira2 apa tulisan pertama tentang masjid. Mulai dari 2008 gak nemu, 2009 gak nemu juga. Alhamdulillah dapet di taon 2010. Ternyata tulisan pertama tentang masjid berjudul Langgar Nurul Iman, Kelurahan Gelumbang.
Hmmm... Kalo boleh tau, kenapa milih Langgar Nurul Iman sebagai tulisan pertama? Kayanya tulisan ini menjadi cikal bakal tulisan2 masjid selanjutnya.
Keep semangat untuk tetep nulis !!!
Wassalam
Wa'alaikum salam Wr.wb
BalasHapusJawaban pertanyaanya sudah ada di alenaia kedua Kang.
pertama di blog ini mungkin ya, tapi bukan tulisan yang pertama tentang masjid. bisa di trace ke link berikut...
http://bujanglanang.multiply.com/journal/item/35/Masjid-di-Kota-Roma
lalu mulai nge-blog-khusus masjid sejak pengumuman ini
http://bujanglanang.multiply.com/journal/item/166/166
dan berikut posting pertamanya
http://bujangmasjid.blogspot.com/2009/12/swiss-negeri-netral-yang-tidak-netral.html
selamat menjelajah dan sukses selalu untuk kita semua. Amin
Wassalamualaikum Wr.Wb.