|
Masjid Quba. |
Membahas tentang Masjid Quba di
Madinah rasanya kurang lengkap bila tidak sekaligus membahas tentang Masjid
Dhirar (dibaca Diror) yang notabene sengaja dibangun oleh para pembangunnya
sebagai tandingan bagi masjid Quba, sebagai salah satu tujuannya. Dua masjid
ini terkait dengan ayat yang sama di dalam Al-Qur’an, yakni di surah At-Taubah QS
9:107-108.
“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada
orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada
orang-orang mukmin) dan karena kekafiran(nya), dan untuk memecah belah antara
orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi
Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah, ‘Kami tidak
menghendaki selain kebaikan.’ Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka
itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). (QS 9:107)
Janganlah kamu shalat dalam masjid itu
selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid
Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di
dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai
orang-orang yang bersih.” (QS 9:108)
Dua masjid ini mendapatkan
derajat yang bertolak belakang dari Allah Subhanahuwata’ala. Allah ‘memuji’
masjid Quba dan orang orang yang sholat di dalamnya serta ‘melaknat’ masjid
Dhirar dan para pembangunnya dan Allah bersaksi atas kedustaan mereka dalam
sumpahnya kepada Rosulullah ï·º.
|
Masjid Quba. |
Abu Amir Ar-Rahib dan Masjid Dhirar
Sebelum Nabi Muhammad ï·º hijrah ke
Madinah, di kota Madinah ada seorang lelaki dari kabilah Khazraj yang dikenal
dengan nama Abu Amir Ar-Rahib. Sejak masa Jahiliah dia telah masuk agama
Nasrani dan telah membaca ilmu ahli kitab. Ia melakukan ibadahnya di masa
Jahiliah, dan ia mempunyai kedudukan yang sangat terhormat di kabilah Khazraj.
Ketika Nabi Muhammad ï·º tiba di
Madinah untuk berhijrah, lalu orang-orang muslim berkumpul bersamanya, dan
kalimah Islam menjadi tinggi serta Allah memenangkannya dalam Perang Badar,
maka Abu Amir Ar-Rahib mulai bersikap oposisi, memusuhi Nabi Muhammad ï·º secara
terang-terangan.
Pada mulanya Rosulullah ï·º telah
menyerunya untuk menyembah Allah [sebelum ia melarikan diri] dan membacakan
Al-Qur’an kepadanya, tetapi ia tetap tidak mau masuk Islam, dan membangkang.
Maka Rosulullah ï·º mendoakan kecelakaan bagi Abu Amir Ar-Rahib, semoga dia mati
dalam keadaan jauh dari tempat tinggalnya dan terusir. Dikemudian hari do’a Rosulullah
ï·º itu dikabulkan Allah.
|
Detil salah satu menara Masjid Quba |
Abu Amir Ar-Rahib kemudian melarikan
diri dari Madinah setelah gagal mempengaruhi kaum muslimin Madinah untuk
memerangi Rosulullah ï·º, ia kemudian bergabung dengan orang-orang kafir Mekah
dari kalangan kaum musyrik Quraisy dan membujuk mereka untuk memerangi Rosulullah
ï·º.
Maka bergabunglah bersamanya
orang-orang dari kalangan Arab Badui yang setuju dengan pendapatnya, lalu
mereka datang pada tahun terjadinya Perang Uhud. Dalam perang tersebut Abu Amir
Ar-Rahib berhasil mencelakai Rosulullah ï·º yang sempat terperosok ke dalam
lubang lubang yang dibuat oleh Abu Amir Ar-Rahib
Setelah perang Uhud dan kedudukan
kaum muslimin Madinah semakin kokoh, Abu Amir Ar-Rahib semakin marah dan dia
pergi menemui Kaisar Romawi, Hiraklius, untuk meminta bantuan memerangi Nabi Muhammad
ï·º. Kaisar Romawi memberikan janji dan harapan kepadanya, lalu ia bermukim di
kerajaan Romawi.
|
Diantara kepakan sayap merpati. |
Peran Abu Amir Ar-Rahib di Masjid Dhirar
Dari Romawi Abu Amir Ar-Rahib menulis
surat kepada segolongan kaumnya dari kalangan Anshar Madinah yang tergabung
dalam golongan orang-orang munafik lagi masih ragu kepada Islam. Dia
menjanjikan dan memberikan harapan kepada mereka, bahwa kelak dia akan datang
kepada mereka dengan membawa pasukan Romawi untuk memerangi Rosulullah ï·º dan
mengalahkannya.
Abu Amir Ar-Rahib menganjurkan
orang-orangnya untuk membuat suatu benteng yang kelak akan dipakai untuk
berlindung sekaligus akan menjadi tempat pengintaian baginya kelak di masa
depan bila ia datang kepada mereka. Maka orang-orang Abu Amir Ar-Rahib di
Madinah mulai membangun sebuah masjid yang letaknya berdekatan dengan Masjid
Quba.
Masjid tersebut baru selesai di
saat Sebelum Nabi Muhammad ï·º hendak pergi ke medan perang Tabuk. Lalu para
pembangunnya datang menghadap Rosulullah ï·º dan memohon agar beliau sudi
melakukan shalat di masjid mereka. Tujuan mereka adalah untuk memperoleh bukti
melalui sholatnya Nabi Muhammad ï·º di masjid tersebut, sehingga kedudukan masjid
itu diakui dan dikuatkan.
|
Areal terbuka di tengah tengah bangunan Masjid Quba. |
Mereka mengemukakan alasan, bahwa
sesungguhnya mereka membangun masjid ini hanyalah untuk orang-orang yang lemah
dari kalangan mereka dan orang-orang yang berhalangan di malam yang sangat
dingin. Saat itu Nabi Muhammad ï·º menjawab permintaan mereka melalui sabdanya: Sesungguhnya kami sedang dalam perjalanan.
Tetapi jika kami kembali, insya Allah.
Turunnya wahyu tentang Masjid Quba dan Masjid Dhirar
Ketika Nabi Muhammad ï·º akan kembali
ke Madinah dari medan Tabuk, beliau dan rombogan beristirahat di Zu Awan, sebuah
kampung yang jaraknya setengah hari dari Madinah. Sebelumnya di tempat yang
sama para pembangun Masjid Dhirar pernah datang kepada Rosulullah ï·º yang saat
itu sedang bersiap-siap menuju ke medan Tabuk.
Di tempat itu, Malaikat Jibril
a.s. turun dengan membawa berita tentang Masjid Dhirar dan niat para
pembangunnya yang hendak menyebarkan kekufuran dan memecah belah persatuan umat
Islam. Mereka hendak menyaingi masjid kaum muslim, yaitu Masjid Quba yang sejak
semula dibangun dengan landasan takwa.
|
WC, kamar mandi dan toilet di Masjid Quba. |
Dimusnahkannya Masjid Dhirar
Setelah menerima wahyu itu, lalu Rosulullah
ï·º memanggil Malik ibnu Dukhsyum (saudara lelaki Bani Salim ibnu Auf) dan Ma’an
ibnu Addi atau saudara lelakinya (yaitu Amir ibnu Addi yang juga saudara lelaki
Al-Ajian). Lalu beliau Rosulullah ï·º bersabda:
Berangkatlah kamu berdua ke masjid ini yang
pemiliknya zalim, dan robohkanlah serta bakarlah masjidnya.
Maka keduanya berangkat dengan
langkah-langkah cepat, hingga datang ke daerah Bani Salim ibnu Auf yang
merupakan golongan Malik ibnu Dukhsyum. Lalu Malik berkata kepada Ma’an, “Tunggulah aku, aku akan membuatkan api
untukmu dari keluargaku.” Lalu Malik masuk menemui keluarganya dan
mengambil daun kurma, lalu menyalakan api dengannya.
Setelah itu keduanya berangkat
dengan cepat hingga datang ke masjid itu dan memasukinya. Di dalam masjid
terdapat orang-orangnya, maka keduanya membakar masjid itu dan merobohkannya,
sedangkan orang-orang yang tadi ada di dalamnya bubar keluar berpencar-pencar.
|
Masjid Quba. |
Disebutkan bahwa orang-orang yang
membangunnya terdiri atas dua belas orang lelaki, yaitu Khaddam ibnu Khalid
dari kalangan Bani Ubaid ibnu Zaid, salah seorang dari Bani Amr ibnu Auf yang
dari rumahnya dimulai pembangunan Masjid ini, lalu Sa’labah ibnu Hatib dari
Bani Ubaid, Mawali ibnu Umayyah ibnu Yazid, Mut’ib ibnu Qusyair dari kalangan
Bani Dabi’ah ibnu Zaid, Abu Habibah ibnu Al-Az’ar dari kalangan Bani Dabi’ah
ibnu Zaid.
Ibad ibnu Hanif (saudara Sahl
ibnu Hanif) dari kalangan Bani Amr ibnu Auf, Hari sah ibnu Amir dan kedua anak nya
(yaitu Majma’ ibnu Harisah dan Zaid ibnu Hari sah), juga Nabtal Al-Haris mereka
dari kalangan Bani Dabi’ah, Mukharrij yang dari kalangan Bani Dabi’ah, Yajad
ibnu Imran dari kalangan Bani Dabi’ah, dan Wadi’ah ibnu Sabit serta Mawali ibnu
Umayyah golongan Abu Lubabah ibnu Abdul Munzir. [Diringkas dari Tafsir Ibnu
Katsir surah At-Taubah ayat 107-108].
Ahir Kisah
Ahir kisah dari Masjid Dhirar ini
setelah dibakar dan dihancurkan, konon tempatnya berdiri kemudian dijadikan
tempat pembuangan sampah oleh penduduk setempat, sedangkan Abu Amir Ar-Rahib
menerima takdirnya, dia mati di halaman istana kaisar Romawi di tahun ke 9 atau
ke 10 Hijriah, dalam keadaan jauh dari tempat tinggalnya dan terusir, persis sebagaimana
do’a Rosulullah ï·º.***
------------------------------------------------------------------
🌎 gudang
informasi masjid di Nusantara dan mancanegara
------------------------------------------------------------------
Baca Juga