#masjid masjid di tanah Belida
Masjid Nurul Huda. Bermula dari sebuah Mushola, kemudian dinaikkan statusnya sebagai sebuah masjid. |
Pada mulanya masjid ini adalah sebuah mushola yang dibangun secara
swadaya oleh masyarakat di kampung tiga kelurahan Gelumbang. Seiring perjalanan
waktu mushola tersebut kemudian beralih status menjadi Masjid dan juga
digunakan untuk sholat Jum’at dan sholat hari raya.
Sebelumnya bila hari Jum’at dan hari raya, masyarakat disini berbondong
bondong ke Masjid Jami Babussalam yang ada di Kampung satu Kelurahan
Gelumbang. Beberapa nama tokoh tokoh
setempat yang masih saya ingat yang turut membidani mushola yang kini jadi
masjid itu diantara adalah mendiang ust. Abdul Mukti, ust. H. Nang Hamid, ust.
Nang Cik dan lainnya. mohon maaf bila ada yang tak disebut.
Masjid
Nurul Huda
Kampung
Tiga Kelurahan Gelumbang
Kecamatan
Gelumbang, Kabupaten Muara Enim
Sumatera
Selatan 31171
Kampung Tiga Kampung Kalangan
Kampung tiga kelurahan Gelumbang ini dulunya juga dikenal sebagai
kampung kalangan. Kalangan yang dimaksud sama dengan Pekan atau Pasar. Di sekitar
masjid ini memang ada bangunan kios kios pasar yang dibangun oleh PNKA/PJKA
(sekarang PT. KAI) diseberang stasiun KA Gelumbang.
Di masa itu stasiun KA Gelumbang juga melayani penjualan tiket penumpang
kereta api sehingga arus penumpang pengguna jasa kereta api yang wara wiri dari
stasiun Kertapati di Palembang hingga ke Stasiun Tanjung Karang di Bandar
Lampung begitu ramai dan roda perekonomian pun berputar disekitar stasiun ini.
Kebijakan kemudian berubah, penjualan tiket penumpang dihentikan dengan
berbagai pertimbangan termasuk faktor perkembangan teknologi perkereta-apian
yang sudah beralih ke mesin diesel modern dan tidak lagi menggunakan tungku api
yang senantiasa membutuhkan pasokan batubara dan pasokan air disetiap stasiun
yang dilewati.
Masjid Nurul Huda |
Akibatnya stasiun stasiun kecil yang pada awalnya dibangun sebagai
stasiun penyokong pasokan batu bara dan air sudah kehilangan fungsi utamanya,
sampai ahirnya Kereta Api penumpang tidak lagi berhenti di setiap stasiun, tapi
hanya berhenti di stasiun besar saja.
Efek pun berlanjut dengan tumbuh kembangnya angkutan bis antar kota,
pasar PJKA yang tadinya ramai berangsur sepi sampai ahirnya ditinggalkan dan
kini berpindah ke Pasar Gelumbang yang dibangun oleh Pemda tak jauh dari Jalur
Lintas Tengah Sumatera, hanya beberapa puluh meter dari Masjid Jami’ Babussalam di Kampung Satu
atau ‘tengah laman’ Gelumbang. Dalam Bahasa Belida ‘Tengah Laman’ bermakna
harfiah ‘Tengah Kampung’.
Mayoritas masyarakat di Kampung tiga ini memang para pendatang dari ‘kota’
Palembang dan sekitarnya yang kemudian memulai bisnis dan kemudian menetap
disana, beberepa menetap karena kaitan kedinasan mereka di PJKA. Dalam
keseharian sesama anggota keluarga mereka dirumah-pun ada yang masih
menggunakan Bahasa ‘kota’ Palembang, bukan berbahasa ‘Belida’ yang merupakan
Bahasa asli tempatan.
Meski sudah berlalu berpuluh tahun, stasiun KA Gelumbang masih berdiri
kokoh seperti bentuk aslinya. Sisa bangunan pasar juga masih ada termasuk bak
atau kolam penampung air berukuran besar beserta sumurnya yang dulunya dibuat
untuk perbekalan kereta pun masih ditempatnya namun sudah terbengkalai.
Begitupun dengan bangunan rumah dinas untuk para pegawainya masih berdiri dan
berfungsi hingga kini, meski suasana tak lagi seramai ketika “Kalangan” masih berfungsi
sebagai “pasar”. ****
----------ZZZ----------
Baca Juga Artikel Masjid Masjid di
Tanah Belida Lainnya
Masjid
Jami’ Babussalam Gelumbang n Masjid
Jami’ Babussalam di Rindu
Masjid n Masjid
Attaqwa Gelumbang n Langgar
Nurul Iman Gelumbang n Masjid Nurul Fattah Polsek Gelumbang n Masjid
Tua Talang Menerai n Masjid
Al-Manshurin Karangendah n Masjid
Arrahman Lembak n Masjid
Sigam n Masjid
Arrahman Lembak n Masjid Darussalam Payabakal n Masjid
Nurul Huda Tanjung Tiga Belida Darat n Masjid
Nurul Yaqin Sialingan Belida Darat n Masjid
Darussalam Payabakal Gelumbang n Masjid Nurul Yakin Sigam, Gelumbang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
hindari komentar yang berbau SARA