Sabtu, 04 April 2020

Masjid Al-Qiblatain Madinah

Masjid Al-Qiblatain.

Masjid Al-Qiblatain bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Masjid Dua Kiblat, hal ini merujuk kepada peristiwa sejarah yang terjadi ditempat ini pada masa Rosulullah . Masjid ini menjadi tempat turunnya wahyu yang berisi perintah untuk mengalihkan kiblat dari Baitul Maqdis di Palestina ke Ka’bah di kota Mekah.  

Sebelum peristiwa tersebut masjid ini dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah, karena memang dibangun diatas bekas rumah Bani Salamah. Lokasinya berada di atas bukit kecil di Harrah Wabrah sekitar 7 kilometer dari Masjid Nabawi. Muatan sejarah di masjid ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para Jemaah dari berbagai Negara untuk datang mengunjunginya.


Masjid AL-Qiblatain berada sisi ruas Jalan Khalid ibnu Al-Walid di lingkungan yang juga bernama Al-Qiblatain di dalam kota Madinah provinsi Madinah, Arab Saudi. Sebelumnya masjid ini memiliki ciri khas dua kiblat atau memiliki dua Mihrab (ruang imam / pengimaman / bagian bangunan yang menonjol keluar menunjukkan arah kiblat) masing masing mengarah ke Baitul Maqdis – Palestina di sisi utara dan satu lagi mengarah ke Ka’bah di kota Mekah pada sisi selatan.

Masjid bersejarah ini telah berkali kali dipugar dan direnovasi diantaranya oleh Sultan Sulaiman pada tahun 893 H atau 1543 M. Dan terahir kali dibangun ulang oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi di tahun 1987 dimasa Raja Fahd, yang melakukan perluasan dan pembangunan konstruksi baru di masjid ini.

Pembangunan terahir ini tidak lagi menampilkan dua mihrab masjid secara utuh di dua sisi bangunan masjid yang berseberangan, namun berfokus kepada satu mihrab yang mengarah ke Ka’bah. Dapat dikatakan bahwa di Masjid Al-Qiblatain saat ini hanya ada satu mihrab bukan dua mihrab lagi seperti sebelumnya.

Namun demikian, sebagai pengingat sejarah, sebuah replika mihrab berukuran kecil ditempatkan di sisi utara di dalam ruangan masjid dibagian atas pintu utama dibawah kubah utara, berseberangan dengan mihrab utama yang menghadap ke kiblat ke Ka’bah. Jemaah yang ingin melihat replika mihrab tersebut memang harus mendongak (melihat ke atas) ke bagian atas pintu utama dibawah kubah utara.

Bangunan baru Masjid Al-Qiblatain ini dilengkapi dengan dua kubah besar yang berjejer utara dan selatan. Dua menara tinggi menjulang dibangun mengapit bangunan masjid di sisi sebalah utara. Lantai bangunan masjid ini dibangun cukup tinggi dari permukaan tanah sekitarnya, membuatnya tampak begitu megah dengan balutan warna putih bersih di sekujur bangunan-nya.

Masjid Al-Qiblatain.

Sejarah Perpindahan Arah Kiblat

Di awal risalah Rosulullah , kiblat sholat ummat Islam adalah mengarah ke Baitul Maqdis (Masjidil Aqso) di Palestina. Hal tersebut menjadi salah satu sumber cemooh dari kaum Yahudi dan Nasrani dan orang-rang kafir bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah itu hanya menyontoh dan mengikuti ajaran nenek moyang mereka. Cemoohan yang dikaitkan dengan arah kiblat ke Baitul Maqdis, sehingga Rasulullah berdoa dan meminta agar arah kiblat dipindahkan.

Pada tahun ke 2 Hijriyah hari Senin bulan Rajab, 17 bulan setelah Rosulullah hijrah ke Madinah, saat itu Rosulullah sedang mengimami sholat Dzuhur di masjid Bani Salamah dan baru selesai dua roka’t tiba-tiba turunlah wahyu surah Al Baqarah ayat 144, perintah dari Allah untuk memindahkan arah Kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah di Kota Mekah

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Allahnya dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (Al-Baqarah: 144).

Seketika itu juga Rosulullah mengubah arah kiblat sholatnya menghadap ke Ka’bah dengan berbalik arah 180° dengan terus melanjutkan sholat hingga selesai. Lokasi Baitul Maqdis di Palestina berada di utara kota Madinah sedangkan Ka’bah di kota Mekah berada di sebelah selatan kota Madinah.

Sehingga pada saat wahyu pemindahan arah kiblat tersebut turun, Rosullah berbalik arah dari mengarah ke utara lalu mengarah ke selatan, di ikuti oleh para sahabat yang bermakmum, kemudian beliau berpindah tempat ke sisi selatan mengambil tempat di depan para makmum dan melanjutkan sholat dhuhur hari itu hingga selesai.***

-----------------------------------
Like & Follow akun instagram kami di @masjidinfo |  @masjidinfo.id  
------------------------------------

Baca Juga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hindari komentar yang berbau SARA