Kelemahan sejarah di tanah air yang paling fatal adalah kurangnya literatur tertulis tentang sejarah yang ada. Masyarakat kita terbiasa dengan sejarah tutur, cerita yang disampaikan secara lisan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Sampai sampai menjadi Tutur Tinular atau Babad tanah leluhur yang maksudnya lebih kurang sama dengan sejarah tutur turun temurun.
Seperti kata pepatah lama “memang lidah tak bertulang” apa yang didengar telinga lalu disampaikan lagi tak selalu sama dengan yang di dengar. Setiap orang memiliki cara penyampaian yang berbeda dengan bahasa dan gaya bahasa yang berbeda pula. Lebih parah lagi ketika apa yang di dengar lalu disampaikan lagi itu di tambah dan dikurangi atau disampaikan lagi dalam perspektif dan penafsirannya sendiri.
Maka jadilah beberapa sejarah penting termasuk sejarah masuknya islam ke tanah air hingga kepada sejarah para tokoh tokoh mula mula penyebar Islam, hingga ke sejarah pembangunan masjid pun terkadang tidak cocok antara sumber yang satu dengan yang lain. Tidak cocok antara tarikh yang disebutkan satu sumber dengan sumber lain nya. Tidak cocok antara jalan cerita yang dituturkan sumber satu dan lain nya.
Bila kita berkunjung ke masjid masjid di penjuru tanah air dari masjid lingkungan hingga ke masjid agung, sangat sedikit dan sangat jarang sekali kita menemukan penanda tarikh pembangunan masjid yang kita kunjungi. Adapun kadang kadang tak terawat dengan baik hingga penanggalan yang ada pun sudah tak terbaca.
Menjadi sebuah ironi ketika penulis berkesempatan berkunjung ke sebuah masjid tua bersejarah, justru pemberian penanda pembangunan masjid tersebut pertama kali dibuat oleh pemerintah penjajahan Belanda ketika masjid tersebut di renovasi, lalu kapan persisnya masjid tersebut pertama kali di bangun ?. tak ada sumber satupun yang valid, selain sejarah tutur.
Sepenggal sejarah mungkin tak berarti bagi para pelakunya, tapi menjadi teramat penting bagi generasi berikutnya. Semua yang terjadi saat ini bermula dari masa lalu. Apa yang kita nikmati saat ini tak bisa lepas dari apa yang terjadi dimasa lalu. Begitupun dengan identitas setiap individu, kaum, suku, ras hingga identitas bangsa tak lepas dari perjalanan dan perkembangan sejarah dari masa lalu.
Bagaimana mungkin kita dapat menentukan dan menemukan identitas kita sendiri bila kita tak faham akan masa lalu kita sendiri. bayangkan bagaimana jadinya bila anak anak kita tak pernah tahu bahwa bapak moyangnya adalah para sesepuh pendiri dan pembangun masjid di kampungnya hingga dengan tanpa rasa bersalah dan tanpa beban sedikit pun melakukan tindakan tak semestinya terhadap bangunan masjid, untuk diubah se-enaknya menjadi tempat hiburan misalnya ?. karena menganggap bangunan tersebut tak lebih dari sekedar bangunan biasa.
Itu contoh yang mungkin terlalu berat, tapi tidak kah terpikir bahwa masjid masjid dan bangunan tua lain nya di tanah air akan masuk dalam daftar bangunan/ masjid bersejarah manakala sudah berusia 50 tahun. Saat ini saja diperkirakan ada 10 ribu-an masjid yang sudah masuk dalam katagori tersebut. Bangunan bersejarah dengan sendirinya masuk dalam daftar bangunan yang dilindungi oleh pemerintah.
Dengan sendirinya hal itu turut meringankan beban para pengurus masjid dan jemaahnya dalam menjaga kepastian keberlangsungan bangunan masjid tersebut. Jangan lupa bahwa. Jangan lupa bahwa angka 10 ribu itu bisa jadi jauh lebih besar dari itu bila mampu menelusuri dengan baik literatur pembangunan masjid masjid di tanah air.
Melalui tulisan kecil ini saya mengajak pembaca sekalian untuk memulai dari diri kita sendiri menuliskan sejarah masjid di lingkungan kita sendiri. merunut sejarah nya dengan baik untuk kemudian dibuatkan [paling tidak] plakat pembangunan masjid sebagi oleh oleh bagi generasi mendatang, bahwa para pendahulunya sudah memberikan contoh sebuah masyarakat Islam sudah ada di negeri ini sebelum mereka, bahwa para pendahulunya adalah para pemeluk Islam yang taat, bahwa secara tradisi negeri tempat mereka hidup adalah negeri Islam. Dengan harapan mereka tak kan melupakan itu dan mengikuti para pendahulunya untuk hidup dalam Islam meneruskan syiar-nya ke generasi selanjutnya hingga ahir zaman.
Bila anda menemui kesulitan untuk itu tapi berkeinginan untuk melaksanakannya. Insya Alloh saya siap memandu anda free of charge alias gratis untuk membuat sebuah artikel kecil tentang masjid di sekitar anda. Tak peduli seperti apa bentuk masjid nya, seberapa besar ukurannya. Dan seberapa sedikit atau banyaknya pengetahuan anda tentang masjid tesebut.
Siapa pun anda yang memiliki niat tersebut dapat menghubungi saya melalui beberapa media berikut ini :
Seperti kata pepatah lama “memang lidah tak bertulang” apa yang didengar telinga lalu disampaikan lagi tak selalu sama dengan yang di dengar. Setiap orang memiliki cara penyampaian yang berbeda dengan bahasa dan gaya bahasa yang berbeda pula. Lebih parah lagi ketika apa yang di dengar lalu disampaikan lagi itu di tambah dan dikurangi atau disampaikan lagi dalam perspektif dan penafsirannya sendiri.
Maka jadilah beberapa sejarah penting termasuk sejarah masuknya islam ke tanah air hingga kepada sejarah para tokoh tokoh mula mula penyebar Islam, hingga ke sejarah pembangunan masjid pun terkadang tidak cocok antara sumber yang satu dengan yang lain. Tidak cocok antara tarikh yang disebutkan satu sumber dengan sumber lain nya. Tidak cocok antara jalan cerita yang dituturkan sumber satu dan lain nya.
Bila kita berkunjung ke masjid masjid di penjuru tanah air dari masjid lingkungan hingga ke masjid agung, sangat sedikit dan sangat jarang sekali kita menemukan penanda tarikh pembangunan masjid yang kita kunjungi. Adapun kadang kadang tak terawat dengan baik hingga penanggalan yang ada pun sudah tak terbaca.
Menjadi sebuah ironi ketika penulis berkesempatan berkunjung ke sebuah masjid tua bersejarah, justru pemberian penanda pembangunan masjid tersebut pertama kali dibuat oleh pemerintah penjajahan Belanda ketika masjid tersebut di renovasi, lalu kapan persisnya masjid tersebut pertama kali di bangun ?. tak ada sumber satupun yang valid, selain sejarah tutur.
Sepenggal sejarah mungkin tak berarti bagi para pelakunya, tapi menjadi teramat penting bagi generasi berikutnya. Semua yang terjadi saat ini bermula dari masa lalu. Apa yang kita nikmati saat ini tak bisa lepas dari apa yang terjadi dimasa lalu. Begitupun dengan identitas setiap individu, kaum, suku, ras hingga identitas bangsa tak lepas dari perjalanan dan perkembangan sejarah dari masa lalu.
Bagaimana mungkin kita dapat menentukan dan menemukan identitas kita sendiri bila kita tak faham akan masa lalu kita sendiri. bayangkan bagaimana jadinya bila anak anak kita tak pernah tahu bahwa bapak moyangnya adalah para sesepuh pendiri dan pembangun masjid di kampungnya hingga dengan tanpa rasa bersalah dan tanpa beban sedikit pun melakukan tindakan tak semestinya terhadap bangunan masjid, untuk diubah se-enaknya menjadi tempat hiburan misalnya ?. karena menganggap bangunan tersebut tak lebih dari sekedar bangunan biasa.
Itu contoh yang mungkin terlalu berat, tapi tidak kah terpikir bahwa masjid masjid dan bangunan tua lain nya di tanah air akan masuk dalam daftar bangunan/ masjid bersejarah manakala sudah berusia 50 tahun. Saat ini saja diperkirakan ada 10 ribu-an masjid yang sudah masuk dalam katagori tersebut. Bangunan bersejarah dengan sendirinya masuk dalam daftar bangunan yang dilindungi oleh pemerintah.
Dengan sendirinya hal itu turut meringankan beban para pengurus masjid dan jemaahnya dalam menjaga kepastian keberlangsungan bangunan masjid tersebut. Jangan lupa bahwa. Jangan lupa bahwa angka 10 ribu itu bisa jadi jauh lebih besar dari itu bila mampu menelusuri dengan baik literatur pembangunan masjid masjid di tanah air.
Melalui tulisan kecil ini saya mengajak pembaca sekalian untuk memulai dari diri kita sendiri menuliskan sejarah masjid di lingkungan kita sendiri. merunut sejarah nya dengan baik untuk kemudian dibuatkan [paling tidak] plakat pembangunan masjid sebagi oleh oleh bagi generasi mendatang, bahwa para pendahulunya sudah memberikan contoh sebuah masyarakat Islam sudah ada di negeri ini sebelum mereka, bahwa para pendahulunya adalah para pemeluk Islam yang taat, bahwa secara tradisi negeri tempat mereka hidup adalah negeri Islam. Dengan harapan mereka tak kan melupakan itu dan mengikuti para pendahulunya untuk hidup dalam Islam meneruskan syiar-nya ke generasi selanjutnya hingga ahir zaman.
Bila anda menemui kesulitan untuk itu tapi berkeinginan untuk melaksanakannya. Insya Alloh saya siap memandu anda free of charge alias gratis untuk membuat sebuah artikel kecil tentang masjid di sekitar anda. Tak peduli seperti apa bentuk masjid nya, seberapa besar ukurannya. Dan seberapa sedikit atau banyaknya pengetahuan anda tentang masjid tesebut.
Siapa pun anda yang memiliki niat tersebut dapat menghubungi saya melalui beberapa media berikut ini :
email ke : bujanglanang@gmail.com
Skype : hendra.bin.jailani (setelah jam 5 sore)
Atau PM (private messege) ke akun facebook di : http://www.facebook.com/dragon401
Atau PM (private messege) ke akun facebook di : http://www.facebook.com/dragon401