Minggu, 26 Juni 2022

Masjid Darussholah Gumai, Gelumbang

Masjid Darussholah berdiri ditepian Sungai Gumai, anak dari sungai Belida.

Gumai adalah sebuah desa di kecamatan Gelumbang, kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Desa ini merupakan salah satu desa di ‘Gelumbang Raya’ yang wilayah desannya berada ditepian sungai Belida, salah satu sungai di Sumsel yang bermuara ke Sungai Musi.
 
Rumah rumah pemukiman penduduk di desa Gumai hampir seluruhnya berada disisi barat Sungai Gumai yang bermuara ke Sungai Belida yang mengalir disebelah utara Desa. Desa Gumai berada di ujung jalan darat yang menghubungkannya ke Kelurahan Gelumbang, ibukota kecamatan Gelumbang.
 
Jembatan besi yang melintas diatas Sungai Gumai didekat Masjid Dasussholah, saat sore hari ramai anak anak bermain tenjun ke sungai dari jembatan ini.

Wilayah desa ini berdiri ditepian sungai Belida karena memang dimasa lalu sungai Belida-lah yang menjadi alur transportasi utama di desa ini melalui sungai Gumai. Dimasa kini, desa ini dapat dicapai dengan jalan darat, hanya beberapa menit berkendara dari pasar pagi kelurahan Gelumbang.
 
Istilah ‘Gelumbang Raya’ yang kami sebut diawal tulisan tadi adalah sebutan bagi 6 kecamatan di wilayah Dapil-3 kabupaten Muara Enim yang semuanya bersuku Belida. Penyebutan demikian terkait dengan sejarahnya yang dimasa lalu keseluruhan wilayah tersebut merupakan satu kecamatan saja yakni kecamatan Gelumbang yang kemudian dimekarkan menjadi 6 kecamatan.
 
📍 Masjid Darushsholah Gumai
Desa Gumai, Kec. Gelumbang, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan 31171
 
🌎 https://goo.gl/maps/nDsk6zbZKX8GCtPD7
 


Desa Gumai bertetangga dengan Desa Bitis yang letaknya dipertengahan perjalanan dari Kelurahan Gelumbang ke Desa Gumai. Setidaknya hingga awal 1990-an ruas jalan darat menuju desa Bitis dan Gumai ini kondisinya terbilang cukup parah, ruas jalan tanah yang berlubang, berdebu dan tidak rata dimusim kemarau dan berubah menjadi kubangan di musim hujan.
 
Bahkan jenis kendaraan truk dan pick up pun kesulitan melalui ruas jalan itu dimusim hujan. Teramat berbeda dengan kondisi ruas jalannya yang saat ini sudah ber-aspal cukup baik meski ada kerusakan dibeberapa titik tapi masih layak untuk dilalui dengan kendaraan dengan ground clearance tak terlalu tinggi sekalipun.
 
Berbahasa Belida. Amaran yang ditempel di beduk di Masjid Dasussholah ditulis dengan Bahasa Belida, masih mirip mirip bahasa melayu dan bahasa Indonesia toh.

Disepanjang perjalanan kamu bisa menyaksikan pemandangan di kiri kanan jalan yang dipenuhi dengan jejeran pohon pohon karet milik warga diselang selingi dengan belukar dan sungai sungai kecil ber-air jernih menggugah hati untuk nyebur dalam kesegarannya.
 
Pintu masuk Masjid dari arah jalan yang menuju ke jembatan besi.

Nama Belida bagi nama sungai yang melintas di Desa Gumai ini juga menjadi nama bagi Suku Belida yang mendiami kawasan disepanjang aliran Sungai Belida yang sehari hari berbahasa Belida dan bertradisi Belida yang berakar pada tradisi Islam.
 
Bagi anda penggemar pempek Palembang, pasti pernah mendengar Pempek dan Kerupuk Ikan Belida yang rasanya paling enak dari ikan lainnya, ikan tersebut juga berasal dan dinamai dengan nama Sungai ini. Diketahui bahwa Ikan Belida juga ditemukan di-alur Sungai Kapuas di Pulau Kalimantan.
 
Didalam masjid Darussholah Gumai.

Gumai dan Kyai Mudo
 
Desa Gumai lekat dengan kisah tutur tentang Kyai Mudo, sosok ulama kharismatik yang dikenal berjasa besar bagi syiar Islam di sepanjang kawasan aliran sungai Belida dan sekitarnya. Kyai Mudo nama aslinya adalah Masagus Haji Abdul Aziz bin Masagus Haji Mahmud alias Kanang, atau biasa disingkat menjadi Mgs H. Abdul Aziz.
 
Beliau adalah satu satunya adik laki laki dari Mgs. Abdul Hamid bin Mgs H. Mahmud, Ulama Kharismatik Palembang yang begitu melegenda dan dan dikenal dengan nama Kyai Marogan, Ki Merogan atau Kyai Muara Ogan karena aktifitas dakwah beliau yang banyak dilakukan di sepanjang sungai Ogan dan masjid pertama yang dibangunnya berdiri dimuara Sungai Ogan ditepian sungai Musi.
 
Pintu Utama Masjid Darussholah Gumai.

Sedangkan Mgs Abdul Aziz Bin Mgs H. Mahmud  yang fokus dakwahnya di sepanjang aliran Sungai Belida dan sekitarnya, dalam bahasa Palembang lebih dikenal sebagai Kyai Mudo dan dalam dialek bahasa Belida dikenal dengan panggilan sebagai Kyai Mude, karena usianya yang lebih muda dari Kyai Marogan. Masagus atau Mgs yang menempel dinamanya merupakan gelar ningrat dilingkungan keraton Palembang.
 
Sejauh ini kami belum menemukan informasi tentang kapan kyai Mudo dilahirkan, namun berbagai informasi menyebutkan bahwa Kyai Marogan yang merupakan kakak dari Kyai Mudo, dilahirkan sekitar tahun 1802 dan wafat tahun 1901.
 
Menara tunggal Masjid Darussholah Gumai.

Disebutkan bahwa Kyai Marogan dilahirkan dimasa pertikaian sengit antara Kesultanan Palembang dan Belanda yang berahir dengan kekalahan kesultanan Palembang dalam perang terhadap Belanda, Sultan Mahmud Badaruddin II ditangkap oleh Belanda pada 14 Juli 1821 dan diasingkan ke Ternate.
 
Sehingga dengan demikian, meskipun sangat sedikit sumber sumber tentang riwayat Kyai Mudo, satidaknya dapat dipastikan bahwa Kyai Marogan dan adiknya Kyai Mudo sejak masa remajanya hidup dimasa kekuasaan Kolonial Belanda.
 
Kubah dan menara Masjid Darussholah Gumai.

Sehingga kita juga bisa memastikan bahwa Desa Gumai dan desa desa lainnya disepanjang aliran sungai Belida sudah ada setidak-nya sejak abad ke-19, demikian juga dengan Masjid Darussholah di Desa Gumai ini yang oleh beberapa orang disebutkan dibangun dimasa dakwah Kyai Mudo di Gumai.
 
Masjid Darussholah
 
Masjid Darussholah berdiri tepat ditepian sungai Gumai yang merupakan anak sungai Belida, disampingnya ada seruas jalan cor yang berahir dijembatan besi yang membentang diatas sungai Gumai. Jembatan kecil ini menjadi akses warga setempat ke kebun dan ladang yang ada diseberang sungai sebelah timur.
 
Interior Masjid Darussholah Gumai.

Sebagian aktifitas warga masih bertumpu disungai termasuk keperluan untuk mandi, mencuci dan transportasi. Anak anak yang bermain disungai, warga yang mandi, mencuci dan wara wiri dengan perahu tentunya pemandangan biasa disini.
 
Dibangunnya masjid ini ditepian sungai Gumai pastinya dengan pertimbangan kemudahan akses ke sumber air bersih untuk bersuci. Dimasa kini dimasjid ini sudah tersedia keran keran air untuk berwudhu dari air yang ditampung dibak air yang ditinggikan.
 
           Masjid Darussholah Gumai.

Arsitektur Masjid Daarussholah
 
Meski sudah dibangun dengan bahan semen, namun kesan antik pada eksterior nya masih terlihat, meski bagian atap utama bangunannya sudah dilengkapi dengan kubah beton berukuran cukup besar serta sebatang menara bundar yang berdiri menjulang disana tampak mewakili bangunan menara dari era 70-80an.
 
Masuk kedalam masjid kita langsung dapat menemukan ciri ciri perluasan yang pernah dilakukan, tampak jelas dari bangunan menaranya yang kini berada didalam masjid, tampaknya perluasan dilakukan dengan menjadikan area teras masjid sebagai ruang sholat dengan memindahkan tembok dinding bangunan utama menyisakan tiang tiang beton nya saja sebagai penyanggah struktur diatasnya, dan membangun tembok baru di sisi teluar bagian teras.
 
Menara Masjid Darussholah Gumai.

Ruang utama masjid tampak cukup luas dan lega dengan atapnya yang cukup tinggi dibawah kubahnya yang lebar. Dibagian dalam relung kubah dihias dengan lukisan awan putih dan langit biru.
 
Empat pilar utamanya yang berdiri diruang utama memberikan kesan bahwa dulu bangunan ini merupakan bangun masjid dengan empat tiang utama dari kayu berukuran besar menopang struktur atap limas khas Palembang, yang kemudian dibongkar diganti dengan kubah besar berstruktur beton.
 
Pemandangan disini cukup indah untuk diabadikan dalam bingkai foto kenangan.

Lukisan kaligrafi dan pilihan paduan warna interiornya cukup membantu suasana didalam masjid tidak terlalu suram namun tetap berkesan sejuk. Bagian plafon bangunan utamanya jelas telihat merupakan bagian masjid ini dari era kekinian.
 
Kami tiba dijalan disamping masjid ini bertepatan dengan beduknya bertalu talu dilanjutkan dengan azan asyar. Jemaah sholat sore itu lumayanlah dengan tiga shaf laki laki dewasa dan beberapa orang anak anak remaja***
 
------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara
------------------------------------------------------------------
 
Masjid di Gelumbang Lainnya
 
Masjid Muhammad Amin Tambangan Kelekar
Masjid Nurul Huda Kalangan Gelumbang
Masjid At-Taqwa Sukamenang Gelumbang
Masjid Al-Muttaqin Midar - Gelumbang
Masjid Nurul Yakin Sigam Gelumbang
Masjid Darussalam Payabakal Gelumbang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hindari komentar yang berbau SARA