Bobotsari
adalah nama salah satu Desa sekaligus nama Kecamatan di kabupaten Purbalingga
propinsi Jawa Tengah. Di Desa ini ada masjid kecil dengan nama yang tak biasa,
Masjid Panti Wilasa namanya. Ukuran masjidnya tak telalu besar, karena memang
merupakan masjid lingkungan di dalam gang sempit tanpa nama.
Masjid Panti Wilasa
RT 04 RW XII
Desa Bobotsari, Kecamatan
Bobotsari
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
Panti Wilasa
itu nama dari semacam padepokan atau paguyuban yang kemudian digunakan juga
untuk nama masjid ini, belum sempat bertanya makna nama itu. Almarhum Eyang
Mahuri yang dulunya mengajar di daerah dan di masjid itu beliau juga dikenal
dengan nama Syech A.A. Djaprikarim, makamnya kini berada di pemakaman umum tak
jauh dari masjid panti wilasa ini, beliau meneruskan apa yang dirintis
ayahandanya Yaitu Eyang Samahuri yang dikenal juga dengan nama Syech Makdum
Husen atau Tumenggung Kenduruan yang namanya kini diabadikan sebagai nama
tempat dimana beliau bermakam.
Jendela bangunan (lama) bagian dalam dimanfaatkan sebagai rak untuk menyimpan kitab suci Al-Qur'an |
Masjid kecil
ini berusia sudah cukup tua, dibangun secara swadaya oleh muslim setempat.
Letaknya yang berada di dalam gang diantara rumah rumah penduduk, membuat
masjid ini memang sama sekali tak terlihat dari jalan raya namun nyaman untuk
ngadem. Teras depannya sudah diberi kanopi yang juga menutupi keseluruhan ruas
jalan kecil di depan masjid ini.
Selain
namanya yang tak biasa, bangunan masjid ini juga tak biasa. Barangkali dulunya
pada saat dibangun masjid ini hanya sebuah mushola dengan ukuran kecil,
kemudian diperluas tanpa merobohkan bangunan aslinya tapi dengan menembok
keseluruhan terasnya membentuk bangunan baru. Sehingga seakan ada masjid di
dalam masjid. Seperti halnya dengan bangunan masjid sang ciptarasa di Cirebon
yang diperluas tanpa mengganggu bangunan aslinya.
Bangunan
utama masjid di sisi dalam dilengkapi dengan empat pintu akses tanpa daun
pintu, masing masing di satu di sisi kiri dan kanan serta dua pintu akses di
bagian depan menghadap ke jalan. Sedangkan bangunan sisi terluar dilengkapi
dengan tiga pintu akses dan semuanya menghadap ke jalan tanpa akses dari
samping.
Khusus untuk
pasokan air, pasokan air ke masjid ini berlimpah. Pasokan air ke Bobotsari dan
hampir seluruh wilayah Purbalingga dipasok langsung dari air pegunungan yang
berasal dari begitu banyak mata air di gunung Slamet. Tak seberapa jauh dari
masjid ini pun terdapat mata air yang sangat jernih dan tak pernah kering yang
oleh masyarakat disebut sebagai mata air kali banda. di belakang masjid ini sebenarnya ada sumur
yang masih ada sampai saat ini yang dulunya dibuat oleh (alm) Eyang Mahuri
untuk keperluan berwudhu Jemaah masjid, namun kini sudah timbun meski bangunan
tembok keliling dan tiang timba nya masih utuh.
Sore hari
Ngaso di teras masjid ini, masih bisa menikmati ramainya suara bocah bocah
belajar mengaji. Mirip seperti suasana di kampung halaman nun jauh di sana.
Suara khas anak anak dengan langgam jawa yang kental bergantian membaca juz
amma di tuntun oleh guru mengajinya, sementara beberapa orang tua menunggu anak
anak nya belajar mengaji sambil ngupi di teras masjid, di tengah ademnya udara
lereng Gunung Slamet.***
Kanopi yang di depan masjid hingga ke jalan di depannya. |
Mimbar kembar di dalam masjid Panti Wilasa |
Salah satu pintu akses dari bangunan lama |
Ventilasi udara & cahaya di atap masjid |
Penampungan air untuk bersuci |
memandang ke luar masjid |
The origin of Panti Wilasa di rumah sesepuh setempat |
----------------
Note : foto foto pengurus dan jamaah
masjid Panti Wilasa dapat anda temukan di blog rtrw-bobotsari.blogspot.co.id
Alhamdulillah, menemukan salah satu jejak masa laluku. Terima kasih, Mas atas ulasannya.
BalasHapus