Mihrab dan Mimbar Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon |
Berkunjung
ke Masjid Agung San Cipta Rasa Cirebon yang merupakan warisan kejayaan
Kesultanan Cirebon, kita akan disuguhi segudang keindahan dari masa lalu. Salah
satunya adalah keindahan ukiran pada mihrabnya yang dibangun menggunakan batu
pualam warna putih berukir yang sangat indah namun sepi dari ukiran kaligrafi.
Ukuran
mihrab masjid ini relatif kecil dibandingkan dengan ukuran masjidnya yang kini
bahkan sudah ditambah dengan empat pendopo di kiri, kanan dan depannya. Ukuran mihrab
ini hanya cukup untuk satu orang imam saja. Menilik ukuran tersebut tanpaknya
tak jauh berbeda dengan ukuran 8 pintu sampingnya yang dibuat hanya cukup untuk
laluan satu orang, dan itupun harus menunduk karena dibangun hanya setinggi
sekitar satu meter saja.
Ukuran
mihrab yang kecil itu seakan mengingatkan siapapun yang menjadi imam di masjid
ini bahwa dia sendirian dalam mengemban tugas dan amanahnya dalam memimpin
jemaah yang berjejer di belakangnya. Bahwa pemimpin ummat harus amanah,
memiliki ilmu yang mumpuni, memiliki kemampuan kepemimpinan dan mampu bertindak
tegas dalam mengikuti aturan agama tanpa kecuali.
Ukiran pada Mahkota Mihrab Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon |
Mihrab
masjid Agung Sang Cipta Rasa dalam proses pembangunannya melibatkan sunan
kalijaga yang mengukir dua pilar di kiri dan kanan ruang sempit tersebut.
Ukiran pada dua pilar ini berbentuk kelopak bunga yang masih kuncup. Sedangkan ukiran
pada mahkota mihrab berbentuk ukiran floral yang indah dan berpusat pada ukiran
bunga matahari yang sedang mekar di bagian paling puncak.
Ukiran
bunga matahari ini memiliki banyak makna, seperti Islam yang hadir menerangi
tanah arab yang saat Islam lahir, dunia arab sedang tenggelam dalam kegelapan
jahiliyah. Seperti ajaran Islam yang membawa ummatnya dari kegelapan ke jalan
yang terang. Dibalik itu lambang bunga matahari itu mengingatkan kita pada
kebesaran kerajaan Majapahit yang pernah berjaya di Nusantara. Dan lambang
Majapahit dikenal dengan nama Surya Majapahit karena bentuknya yang memang
mirip dengan matahari.
Sumber
sumber sejarah memang menyebutkan bahwa pembangunan masjid Agung Sang Cipta
Rasa melibatkan Raden Sepat dan pasukannya. Beliau adalah panglima pasukan
Majapahit yang tadinya ditugasi untuk menhancurkan kesultanan Demak yang baru
berdiri dengan Raden Fatah sebagai sultan pertamanya. Namun penyerbuan tersebut
mengalami kegagalan dan justru membawa Raden Sepat ke dalam pangkuan Islam
berikut seluruh anggota Pasukannya.
Kiri : Ukiran Bunga Matahari di Mihrab Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. Kanan : Surya Majapahit |
Sekitar
200 orang anggota pasukan Majapahit dibawah pimpinan Raden Sepat tersebut
diperintahkan oleh Raden Fatah berangkat ke Cirebon guna membantu Sunan Gunung
Jati dalam proses pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibawah koordinasi
Sunan Kalijaga yang bertindak sebagai kontraktor pembangunan masjid dimaksud.
Bergabungnya
berbagai etnis dan latar belakang dalam proses pembangunan masjid ini
memberikan kekayaan arsitektur tersendiri yang membentuk masjid Agung Sang
Cipta Rasa yang kini kita lihat. Pembauran itu juga dapat kita lihat pada
Mihrab masjid ini. selain ukiran floral di mihrab ini juga dilengkapi dengan
dua ukiran geometris pada dua sisinya.
Ada
tiga tegel lantai yang dipasang secara khusus di area mihrab ini masing masing
oleh Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang dan tentu saja Sunan Kalijaga selaku
kontraktor. Tiga tegel tersebut melambangkan Iman, Islam dan Ikhsan. Mihrab
masjid ini hanya satu dari bagian integral masjid Agung Sang Cipta Rasa yang
mewakili kejayaan Kesultanan Cirebon pada masanya.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
hindari komentar yang berbau SARA