21 Agustus 2010, tepat 41 tahun sudah sejak seorang Yahudi Australia, Dennis Michael, membakar Masjid Al-Aqsha, dengan dukungan penuh kelompok-kelompok pemukim Yahudi di kota Al-Quds.
Api yang disulut tepat 41 tahun lalu sudah padam, tapi hingga kini penjajahan atas Masjid Al-Aqsha, penembakan atas kaum Muslimin dan bangsa Arab di Palestina, pembuatan galian-galian terowongan yang diniatkan untuk meruntuhkannya, pengepungan masjid tersebut dengan pendirian sekitar 100 rumah-rumah “ibadah” dan pusat-pusat kegiatan agama Yahudi, masih terus berlanjut.
Pada 21 Agustus 1969, segera setelah Michael menyulut api di dalam Masjid Al-Aqsha, api pun membubung tinggi menjilat-jilat bagian-bagian masjid yang terbuat dari kayu, dinding dan mimbar Shalahuddin Al Ayyubi, salah satu mimbar yang terdapat di dalam Masjid Al-Aqsha.
Mimbar bersejarah tersebut diletakkan di sana oleh pemimpin dan pahlawan umat Islam, Shalahuddin Al Ayyubi, untuk berkhutbah pada hari kemenangan Islam di bawah kepemimpinannya yang sekaligus merupakan hari pembebasan Baitul Maqdis (Al-Quds).
Tak hanya Masjid Al-Aqsha yang menjadi korban kebejatan Michael dan para pemukim Yahudi itu. Masjid Umar bin Al Khaththab, Mihrab Zakaria dan sebidang tanah di mana terdapat 43 makam yang membujur dari bagian utara ke selatan di dalam kawasan Masjid Al-Aqsha pun menjadi sasaran api.
Bersamaan dengan itu penjajah Zionis berusaha keras merealisasikan ambisinya, membangun apa yang mereka klaim sebagai kuil mereka di atas reruntuhan Masjid Al-Aqsha. Dalam proses merealisasikan “mimpi” itu, penjajah Zionis secara bertahap melakukan proses yahudisasi serta terus “menancapkan kukunya” di Masjid Al-Aqsha.
Syaikh Kamal Al-Khatib, wakil ketua Gerakan Islam di Tanah Palestina 1948, dalam kesempatan peringatan peristiwa itu menegaskan bahwa “api” yang berkobar 41 tahun yang lalu itu belum padam sampai sekarang.
Penggalian-penggalian terowongan di bawah masjid tersebut untuk meruntuhkannya dari bawah, blokade, serangan-serangan serta pelarangan mengunjungi Masjid Al-Aqsha yang diberlakukan penjajah Zionis Israel masih berlangsung hingga saat ini.
Syaikh Kamal juga menegaskan bahwa peringatan peristiwa memilukan tersebut bukan untuk menangisi nasib umat Islam karena peristiwa itu, akan tetapi untuk semakin menguatkan tekad perjuangan. Beliau menekankan bahwa “api” yang terus-menerus disulut Zionis terhadap Masjid Al-Aqsha sampai sekarang ini akan segera dipadamkan –insya-Allah- dengan tangan-tangan kaum muslimin sendiri.
Ia menambahkan, “Rakyat Palestina sangat mengerti jalan hidup mereka sendiri dan mengetahui ke mana mereka harus melangkah. Sungguh kami sekarang ini telah melihat fajar baru yang sedang menyingsing dalam kehidupan kami. Di balik pintu-pintu Masjid Al-Aqsha yang penuh berkah itu sekarang ini ada putra-putra Palestina yang memiliki loyalitas tinggi terhadap agama yang karena merekalah akan terus terpelihara kemuliaan Masjid Al-Aqsha.”
Republika