Minggu, 26 Februari 2017

Masjid Agung An-Nur Ogan Ilir

Masjid Agung An-Nur Komplek Perkantoran Terpadu Kabupaten Ogan Ilir

Masjid Agung An-Nur adalah Masjid Agung yang berada di dalam Komplek Perkantoran Terpadu Kabupaten Ogan Ilir di Desa Tanjung Senai, Kecamatan Indralaya. Masjid ini juga lazim disebut sebagai Masjid Tanjung Senai karena lokasinya yang berada di desa Tanjung Senai.

Masjid Agung An-Nur / Masjid Tanjung Senai
Komplek Perkantoran Terpadu Kabupaten Ogan Ilir
Desa Tanjung Senai, Kec. Indralaya, Kab, Ogan Ilir
Sumatera Selatan. Indonesia



Ogan Ilir merupakan salah satu kabupaten di provinsi Sumatera Selatan hasil pemekaran dari Kabupaten Ogan Komering Ilir. Pembentukan kabupaten Ogan Ilir berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten OKU Timur, Kabupaten OKU Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir di Provinsi Sumatera Selatan yang disahkan pada 18 Desember 2003. Pada 2013.

Ibukota Kabupaten Ogan Ilir berada dibangun di atas lahan reklamasi rawa rawa di kecamatan. Sebuah komplek pemerintahan terpadu, yang di proyeksi sebagai pusat perkantoran seluruh instansi di kabupaten Ogan Ilir. Di komplek ini sudah berdiri Kantor Bupati OI, dan beberapa instansi lainnya termasuk Rumah Sakit Daerah dan Masjid Agung An-Nur.

Masjid Tanjung Senai dari ruas jalan hubung ke jalan lintas Sumatera di depan Gerbang Ponpes Roudotul Ulum Sakatiga

Jumlah penduduk Kabupaten Ogan Ilir mencapai 450.933 jiwa atau 117.783 kepala keluarga dengan pertumbuhan penduduk mencapai 2 persen.[2] Populasi penduduk di Kabupaten Ogan Ilir berasal dari Suku Ogan dengan 3 (tiga) sub-suku, yakni: Suku Pegagan Ulu, Suku Penesak dan Suku Pegagan Ilir. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Disebut sebagai Kabupaten Ogan Ilir karena memang secara geografis, kabupaten ini berada di sebelah hilir sungai Ogan.

Masjid Agung An-Nur berdiri di atas lahan seluas 2.025 M2, tinggi bangunan mencapai 26,39 meter. Pekerjaan awal dilaksanakan tahun 2012 dan proses pembangunannya melibatkan beberapa kontraktor. Pembiayaan pembangunan masjid ini didanai sepenuhnya dari dana APBD kabupaten OI secara multi Year. Pembangunan masjid ini selesai dan mulai digunakan pada Januari 2017, menghabiskan dana lebih dari Rp. 18 Milyar Rupiah.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara
------------------------------------------------------------------


Baca juga artikel terkait


Sabtu, 25 Februari 2017

Mushola Al-Azharia Dusun V Burai

Mushola Al-Azharia dilihat dari pertigaan dusun V Desa Burai

Mushola Al-Azharia merupakan salah satu dari beberapa tempat ibadah muslim di Desa Burai, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Lokasinya berada di Dusun V, dan akan dengan mudah ditemui oleh siapapun yang masuk ke desa Burai dari arah jembatan pesona Tanjung Senai karena lokasinya yang berada tak jauh dari pertigaan jalan raya di tengah Desa Burai.

Lokasi masjid ini juga berseberangan dengan rumah dari kakek dan karib kerabat penulis yang memang berasal dari sana, sayangnya rumah datuk kami itu sudah lama tak dihuni, karib kerabat yang masih tinggal disana sudah memiliki tempat tinggalnya masing masing bersebelahan dengan rumah tersebut yang kini juga merupakan salah satu motor penggerak aktivitas di Mushola Al-Azharia ini.



Bangunan Musholanya cukup unik, berupa rumah panggung dari kayu, sama seperti kebanyakan rumah rumah warga disana. hanya saja pada bagian atapnya dibangun berupa atap limasa (segitiga) bersusun sebagaimana layaknya bangunan bangunan masjid tradisional Indonesia pada umumnya. :: Singgah kesini seolah terbayangkan bagaimana mendiang H. Muhammad Sabil (datuk kami) Sholat disini bersama muslim Burai lainnya.::: 

Lebih unik lagi pada bagian tangganya yang sudah dibangun dengan bahan bata dan semen, dalam istilah setempat biasa disebut dengan istilah tangga batu. ada dua tangga di masjid ini, satu tangga di bagian depan menghadap ke jalan raya berupa tangga melingkar yang memang merupakan trend pada masanya, seperti halnya dengan tangga di gedung museum Sulatan Mahmud Badaruddin II di tepian Sungai Musi di Kota Palembang yang dulunya merupakan Kediaman Redisen Belanda.

Tangga depannya yang khas berupa "tangga batu" yang berbentuk melingkar

Tangga kedua berada di samping bangunan, juga merupakan tangga batu namun bentuknya biasa tidak berupa tangga melingkar. Tangga samping ini lebih berfungsi sebagai akses menuju ke sungai Kelekar yang berada di belakang Mushola. Desa Burai ini merupakan salah satu desa yang berada di tepian Sungai Kelekar dan kehidupan masayarakatnya sejak awal berbasis ke Sungai, termasuk untuk keperluan Mandi, cuci dan sebagainya.

Desa Burai ini juga merupakan salah satu desa yang cukup tua, sudah ada sejak masa kesultanan Palembang. Bahkan pada masa perang antara Kesultanan Palembang melawan pendudukan Belanda, Desa Burai ini menjadi basis pertahanan terahir di sisi selatan bagi pasukan Kesultanan Palembang, karenanya nama desa ini disebut dengan Desa Burai yang berasal dari kata “Buri” yang bermakna harfiah “Belakang”.

Beranda Mushola Al-Azharia

Warga desa ini begitu banyak yang merantau ke berbagai daerah di Indonesia, kami adalah salah satunya yang merupakan keturunan dari warga asli desa ini yang kini tinggal di pulau Jawa. Di hari hari besar Islam terutama Hari Raya Idul Fitri, Desa ini begitu semarak dengan berbondong bondong nya para perantau pulang mudik, termasuk para perantau yang tinggal di kota Palembang dan sekitarnya.

Lebaran menjadi momen reuni keluarga besar yang "kembali" atau "pulang mudik" dari perantauan. Reuni yang teramat penting mengingat bahwa generasi berikutnya terutama yang tidak lahir dan tinggal di Burai akan kehilangan akar asal muasalnya bila tidak diperkenalkan lagi oleh para orang tua dan sesepuhnya dengan kampung asal dan sanak family disana.***

Baca Juga



Minggu, 19 Februari 2017

Masjid Jami’ Baitul Huda Cawang, Jakarta Timur

Masjid Jami Baitul Huda, Cawang

Masjid Jami’ Baitul Huda ini berada di ruas jalan masjid bendungan tepat dipertigaan dengan jalan masjid bendungan di kelurahan Cawang, kecamatan Kramat Jati, Kota Jakarta Timur. lokasinya tepat bersebelahan dengan gapura RW 07 Kelurahan Cawang, setelah melewati jembatan menyeberangi kali kecil di depan masjid.

Masjid Jami Baitul Huda
No., Jl. Mesjid Bendungan No.2, RT.12/RW.7, Cawang, Kramatjati, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13630



Bangunan masjidnya cukup besar, bangunan beton berlantai dua di atas lahan yang tidak terlalu luas membuatnya tidak memiliki lahan parkir kendaraan. Jemaah yang membawa kendaraan memang cukup sulit untuk menemukan tempat parkir, ditambah lagi dengan ruas jalan di depannya yang tidak terlalu lebar. Masjid ini juga mengelola sebuah Madrasah dengan nama yang sama dengan masjidnya.

Interior Masjid Jami' Baitul Huda

merujuk kepada data dari Kemenag, Masjid Jami’ Baitul Huda ini dibangun tahun 1993 di atas lahan wakaf seluas 540m2 dan hampir seluruh lahan tersebut kini sudah tertutup oleh bangunan masjid. Warna hijau, kubah beton dan papan nama di pagar depan-nya menjadi penanda bahwa bangunan ini adalah masjid, maklum mengingat bentuk dan tinggi bangunannya tidak jauh berbeda dengan bangunan hunian disekitarnya.***


Sabtu, 18 Februari 2017

Masjid Nurul Huda Kalangan, Gelumbang

#masjid masjid di tanah Belida

Masjid Nurul Huda. Bermula dari sebuah Mushola, kemudian dinaikkan statusnya sebagai sebuah masjid.

Pada mulanya masjid ini adalah sebuah mushola yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat di kampung tiga kelurahan Gelumbang. Seiring perjalanan waktu mushola tersebut kemudian beralih status menjadi Masjid dan juga digunakan untuk sholat Jum’at dan sholat hari raya. 

Sebelumnya bila hari Jum’at dan hari raya, masyarakat disini berbondong bondong ke Masjid Jami Babussalam yang ada di Kampung satu Kelurahan Gelumbang.  Beberapa nama tokoh tokoh setempat yang masih saya ingat yang turut membidani mushola yang kini jadi masjid itu diantara adalah mendiang ust. Abdul Mukti, ust. H. Nang Hamid, ust. Nang Cik dan lainnya. mohon maaf bila ada yang tak disebut.

Masjid Nurul Huda
Kampung Tiga Kelurahan Gelumbang
Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim
Sumatera Selatan 31171



Kampung Tiga Kampung Kalangan

Kampung tiga kelurahan Gelumbang ini dulunya juga dikenal sebagai kampung kalangan. Kalangan yang dimaksud sama dengan Pekan atau Pasar. Di sekitar masjid ini memang ada bangunan kios kios pasar yang dibangun oleh PNKA/PJKA (sekarang PT. KAI) diseberang stasiun KA Gelumbang.

Di masa itu stasiun KA Gelumbang juga melayani penjualan tiket penumpang kereta api sehingga arus penumpang pengguna jasa kereta api yang wara wiri dari stasiun Kertapati di Palembang hingga ke Stasiun Tanjung Karang di Bandar Lampung begitu ramai dan roda perekonomian pun berputar disekitar stasiun ini.

Kebijakan kemudian berubah, penjualan tiket penumpang dihentikan dengan berbagai pertimbangan termasuk faktor perkembangan teknologi perkereta-apian yang sudah beralih ke mesin diesel modern dan tidak lagi menggunakan tungku api yang senantiasa membutuhkan pasokan batubara dan pasokan air disetiap stasiun yang dilewati.

Masjid Nurul Huda

Akibatnya stasiun stasiun kecil yang pada awalnya dibangun sebagai stasiun penyokong pasokan batu bara dan air sudah kehilangan fungsi utamanya, sampai ahirnya Kereta Api penumpang tidak lagi berhenti di setiap stasiun, tapi hanya berhenti di stasiun besar saja.

Efek pun berlanjut dengan tumbuh kembangnya angkutan bis antar kota, pasar PJKA yang tadinya ramai berangsur sepi sampai ahirnya ditinggalkan dan kini berpindah ke Pasar Gelumbang yang dibangun oleh Pemda tak jauh dari Jalur Lintas Tengah Sumatera, hanya beberapa puluh meter dari Masjid Jami’ Babussalam di Kampung Satu atau ‘tengah laman’ Gelumbang. Dalam Bahasa Belida ‘Tengah Laman’ bermakna harfiah ‘Tengah Kampung’.

Mayoritas masyarakat di Kampung tiga ini memang para pendatang dari ‘kota’ Palembang dan sekitarnya yang kemudian memulai bisnis dan kemudian menetap disana, beberepa menetap karena kaitan kedinasan mereka di PJKA. Dalam keseharian sesama anggota keluarga mereka dirumah-pun ada yang masih menggunakan Bahasa ‘kota’ Palembang, bukan berbahasa ‘Belida’ yang merupakan Bahasa asli tempatan.

Meski sudah berlalu berpuluh tahun, stasiun KA Gelumbang masih berdiri kokoh seperti bentuk aslinya. Sisa bangunan pasar juga masih ada termasuk bak atau kolam penampung air berukuran besar beserta sumurnya yang dulunya dibuat untuk perbekalan kereta pun masih ditempatnya namun sudah terbengkalai. Begitupun dengan bangunan rumah dinas untuk para pegawainya masih berdiri dan berfungsi hingga kini, meski suasana tak lagi seramai ketika “Kalangan” masih berfungsi sebagai “pasar”. ****

----------ZZZ----------

Baca Juga Artikel Masjid Masjid di Tanah Belida Lainnya


Minggu, 12 Februari 2017

Masjid Kifayatul Abidin Kebun Raya Bogor

Masjid Kifayatul Abidin Kebun Raya Bogor. dibangun oleh Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila

Kebun Raya Bogor salah satu objek wisata yang berada di kota Bogor, Jawa Barat. Kebun Raya Bogor dikenal sebagai kebun raya terbesar di kawasan Asia Tenggara. Kebun raya yang sudah berdiri sejak masa penjajahan Belanda ini kini ramai di kunjungi oleh wisatawan lokal maupun asing.

Berbagai fasilitas penunjang telah dibangun di lingkungan Kebun Raya Bogor termasuk pembangunan sarana Ibadah berupa Bangunan Masjid Kifayatul Abidin yang dibangun oleh Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila pimpinan mendiang Presiden Soeharto, sebagaimana dijelaskan pada plakat pembangunan masjid yang diletakkan di dinding masjid bagian dalam di sisi selatan.


Letak masjid ini berada di sektor timur Kebun Raya Bogor bersebelahan dengan lapangan hijau nan luas di kebun Anggrek. Berdiri persis di tepian kali, cukup jauh dari pintu gerbang Kebun Raya Bogor manapun. Letaknya yang berada di tengah tengah kebun raya bogor membuat masjid ini memang tidak popular bagi masayarakat umum.

Namun demikian sejak tahun 2015 yang lalu Pemerintah Kota Bogor telah menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai tempat pelaksanaan ibadah sholat Idul Fitri tingkat kota Bogor yang penyelenggaraannya dilaksanakan bekerjasama dengan DKM masjid Kifayatul Abidin Kebun Raya Bogor ini.

Ba'da Asyar di Masjid Kifayatul Abidin

Seperti halnya masjid masjid lainnya yang dibangun oleh YAMP, masjid Kifayatul Abidin ini dibangun dengan arsitektur masjid asli Indonesia, dengan atap limas bersusun tiga namun tanpa empat tiang di tengah masjid. Dua tempat wudhu dibangun masing masing disi kiri dan kanan.

Ciri lain dari Masjid masjid yang dibangun YAMP adalah adanya logo segilima sebagai refresentasi dari Pancasila dengan lafazd Allah ditengahnya, di puncak tertinggi atap masjid dan satu lagi ditempatkan di ruang mihrab. Sayangnya plakat pembangunan masjid ini yang juga lengkap dengan tanda tangan dari Pak Harto, tidak dilengkapi dengan tanggal.

Ciri khas masjid YAMP terdiri dari atap masjid berbentuk limasan bersusun tiga, di puncak menara di hias dengan ornamen segi lima dengan lafadz Allah di tengahnya, di dalam masjid di ruang mihrab juga diletakkan logo yang sama. dan tentu saja ada plakat pembangunan masjid yang ditandatangani oleh Pak Harto. Namun plakat di masjid ini tidak dilengkapi dengan tanggal.

Kolam besar dibangun di depan masjid sebagai penghias tampilan masjid ini, pengunjung yang akan ke masjid ini harus melewati jembatan yang melintas di tengahnya langsung menuju ke pintu masjid. Lahan untuk pembangunan masjid ini cukup luas selain pekarangan di depan, di belakangnya masih ada lahan kosong dengan tanaman rumput yang menghijau.

Saat singgah ke masjid ini pada 8 Januari 2017 lalu, Jemaah sholat asyar di masjid ini di dominasi oleh para pengunjung Kebun Raya Bogor, para pegawai dan beberapa anggota TNI yang mungkin sedang ditugaskan disana, karena memang Kebun Raya Bogor ini tak bisa dilepaskan dengan Istana Bogor yang menempatai hampir seperempat lahan kebun raya Bogor ini.***

Eksterior Masjid Kifayatul Abidin

Lokasi masjid Kifayatul Abidin ditunjukkan dalam peta Kebun Raya Bogor
Bagian belakang masjid Kifayatul Abidin diantara rimbun pepohonan hijau
dari arah pintu belakang
Kolam di depan masjid dilengkapi dengan jembatan beton melintas di tengahnya.

Interior Masjid Kifayatul Abidin

Plafon masjid dengan lampu gantung
Sajadah dan sarung di area sholat jemaah proa 
Lampu Gantung
Jam dinding disamping mihrab
  
-----------------------

Baca Juga


Sabtu, 11 Februari 2017

Masjid Al-Ibrohimiyah Talagasari, Karawang

# Masjid di Karawang

Menara masjid Al-Ibrohimiyah tampak menjulang tinggi sendirian dianatara bangunan lainnya ditikungan dekat pasar Telagasari, Kabupaten Karawang.

Masjid Al-Ibrohimiyah Telagasari ini berada di tepian ruas jalan raya Syech Quro, Desa Telagasari, kecamatan Telagasari kabupaten Karawang. Lokasinya berdiri tidak jauh dari pasar Talagasari. Merujuk kepada data Kementerian Agama, masjid Al-Ibrohimiyah ini dibangun di atas tanah wakaf seluas 150m2 pada tahun 1995 dengan luas bangunan 144 m2.

Masjid Al-Ibrohimiyah
Jl. Raya Syech Quro, dusun Krajan IV RT.06/10 Desa Talagasari
Kec, Talagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat 41381
Indonesia



Lahannya yang terbilang sempit untuk sebuah masjid di pusat keramaian, membuat rancangan masjid ini dibuat se-efisien mungkin dalam pemanfaatan lahannya. Halamannya tidak telalu besar hanya cukup untuk parkir beberapa sepeda motor, sedangkan untuk mobil memang harus parkir diluar pagar, karena selain halamannya yang sempit ditambah lagi dengan gapuranya juga tidak memungkinkan untuk dilalui kendaraan roda empat.

Bangunan masjid terdiri dari dua lantai. Dari arah gapura, tangga menuju ke lantai dua masjid ini ada disebelah kanan mengarah langsung ke halaman depan, sedangkan di sebelah kiri merupakan bagian dasar dari menaranya yang menjulang berupa bangunan berlantai dua, di sisi bawah merupakan area toilet dan tempat wudhu sedangkan dilantai atasnya difungsikan sebagai kantor pengurus.

Masjid Al-Ibrohimiyah dari arah depan.

Meski merupakan bangunan masjid modern, masjid ini tetap mengadopsi bentuk tradisional asli Indonesia dengan ciri atap limas yang bersusun tiga, walaupun atap terbawahnya lebih berfungsi sebagai kanopi. Di puncak atap limas paling atas ditempatkan satu kubah bundar senada dengan kubah kecil di puncak menaranya.

Selama bulan suci Romadhon, Masjid Al-Ibrohimiyah ini penuh sesak oleh Jemaah tarawih, sebagian dari Jemaah bahkan rela menggelar tikar hingga keluar pagar masjid di sisi jalan raya karena tidak kebagian tempat di dalam masjid. Begitupun dengan masjid masjid lain yang berada disepanjang ruas jalan Syech Quro ini.

Ruas jalan Syech Quro membentang dari pusat kota karawang hingga ke kecamatan Lemah Abang, tempat dimana Syech Quro dimakamkan, beliau memang sosok yang sangat dihormati sebagai penyebar Islam pertama di Karawang dan sekitarnya, dan penamaan ruas jalan tersebut merupakan salah satu bentuk penghormatan atas jasa jasa beliau.***

Dari arah pasar Telagasari
menuju ke arah Pasar Telagasari
Dua kubah Masjid Al-Ibrohimiyah (see in instagram)

------------------------------

Baca juga artikel masjid di Karawang lainnya :



Minggu, 05 Februari 2017

Masjid Jami’ Baeturrahman Kp. Lamping

Masjid Jami' Baeturrahman Kampung Lamping Desa Kertasari, Kecamatan Pangkalan, Karawang

Masjid Jami’ Baeturrahaman ini berada di tepian ruas jalan raya Cariu – Pangkalan yang menghubungkan kecamatan Cariu di kabupaten Bogor dengan kecamatan Pangkalan di kabupaten Karawang. Persisnya berada di kampung Lamping RT.01/01 Desa Kertasari, Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang.

Masjid Jamie Baeturrahman
Jl. Raya Cariu Pangkalan, Kampung Lamping RT.01/01
Desa Kertasari, Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang.
Provinsi Jawa Barat
Koordinat: -6.491612, 107.196833



Berdiri di atas lahan dengan kontur tanah yang tidak rata. Jalan di depan masjid ini pun merupakan sebuah tikungan menanjak. Ukuran masjidnya tidak terlalu besar terdiri dari bangunan utama ditambah dengan teras di tiga sisinya dan satu bangunan toilet dan tempat wudhu terpisah dari bangunan utama.

Toilet dan tempat wudhu nya berada jauh lebih rendah dari permukaan lantai masjid. Ada sederet anak tangga yang harus dilewati, menurun dari halaman depan masjid untuk menuju ke tempat wudhu dan seret anak tangga mendaki dari tempat wudhu menuju ke masjid. Ukurannya tidak terlalu besar, tentu saja sesuai dengan jumlah penduduk disana yang juga belum terlalu ramai.****

Dari arah depan
dari area tempat berwudhu
area tempat berwudhu dan toilet disamping masjid
dari sisi timur
Bangunan Masjid dari arah tempat berwudhu
Di dalam Masjid
----------------

Masjid Di Kecamatan Pangkalan Lainnya



Sabtu, 04 Februari 2017

Masjid Jami’ Al-Hidayah Tegal Danas Kaum

Masjid Jami' Al-Hidayah Tegal Danas Kaum

Masjid Jami’ Al-Hidayah ini berada di dalam gang di tengah kampung Tegal Danas Kaum Desa Jaya Mukti, Cikarang Pusat. Tidak jauh dari perempatan jembatan kalimalang Deltamas. Setidaknya ada empat masjid daerah ini, selain Masjid Jami’ Al-Hidayah ini ada Masjid Al-Muhajirin, masjid mungil berarsitektur menarik di tepian jalan tegal danas – simpangan, hanya beberapa meter dari arah pertigaan Deltamas ke arah Simpangan, lalu ada masjid di tengah pondok Pesantren Al-Muhajirin dan Masjid Sirojul Huda yang berada persis di samping jembatan tol deltamas.

Masjid Al-Hidayah
Tegal Danas Kaum, Desa Jayamukti
Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi.
Jawa Barat 17530 – Indonesia
koordinat: -6.330765, 107.182412


Sebelum Masjid di Pondok pesantren Al-Muhajirin selesai dibangun, santri dan pengasuh pondok tersebut berbondong bondong melakukan sholat jum;at di masjid ini, karena masjid mungil Al-Muhajirin tidak digunakan untuk penyelenggaraan sholat Jum’at. Masjid Al-Hidayah ini juga mengelola sebuah madrasah yang bangunan gedungnya berada di pekarangan masjid ini.

Karena lokasinya tidak ditepian jalan raya untuk menuju ke masjid ini memang harus masuk ke dalam gang, bila dari arah jembatan deltamas, lokasi gang nya ada disebelah kanan jalan, setelah melewati pasar tegal danas beberapa meter sebelum masjid Al-Muhajirin. Agak susah untuk parkir bila membawa kendaraan roda empat karena ruas jalannya yang tidak telalu lebar.***

------------------------

Baca Juga