Kamis, 25 September 2008

Ratusan Masjid di Bulgaria Masih Ditutup, Karena Kekurangan Imam Masjid

Ratusan masjid di Bulgaria masih ditutup dan tidak dapat melaksanakan kegiatan shalat selama bulan Ramadhan, karena terkendala kurangnya jumlah imam masjid. Sejumlah tokoh muslim Bulgaria menyayangkan hal ini, karena terjadi di saat kesadaran memperdalam agama Islam di negara bekas komunis ini tumbuh pesat, tidak hanya di kalangan muslim tapi juga non muslim. Hal ini diungkapkan oleh Grand Mufti Bulgaria, Mustafa Haci pada Rabu (24/9) seperti dikutip Islamonline.

Menurutnya, ada dua faktor yang menyebabkan timbulnya masalah ini. Faktor pertama karena pengaruh pendudukan rezim komunis di Bulgaria yang sangat panjang. Rezim komunis sangat keras dalam melarang setiap bentuk syiar islam, termasuk penutupan sekolah-sekolah pendidikan agama. Hal ini berakibat sangat sulitnya mencari pakar-pakar di bidang agama termasuk warga muslim Bulgaria yang bisa dijadikan imam di masjid-masjid. "Faktor lainnya adalah masih kurangnya pendanaan dari House Fatwa (otoritas tertinggi di bidang keagamaan di Bulgaria) untuk membayar gaji para imam. Kalaupun ada itu jumlahnya sangat minim," ungkap Mustafa seperti dikutip Islamonline.

Menurut Mustafa Haci, kini terdapat sekitar 1.500 masjid di berbagai daerah di Bulgaria, sementara jumlah imam masjid hanya sekitar 900 imam masjid yang diperkerjakan oleh Fatwa House. Akibat kurangnya jumlah imam ini, sampai saat ini sekitar 200 masjid masih ditutup dan tidak bisa dilaksanakan di dalamnya kegiatan shalat selama bulan ramadhan. Haci menghimbau kepada komunitas muslim untuk ikut memecahkan problem ini, antara lain seperti pembayaran gaji para imam dilakukan melalui donasi dari warga muslim di sekitar area masjid.

"Tapi kadang-kadang dalam beberapa kasus, permasalahan tidak timbul dari kesediaan masyarakat muslim membayar donasi, tapi justru dari diri imam masjid sendiri. Ada beberapa imam yang berhenti bekerja, karena upah yang diterimanya sangat kecil . Dia lebih memilih masjid-masjid yang pembayarannya lebih besar dan menolak bekerja di kawasan desa-desa yang miskin," ujar Haci menambahkan. Untuk mengisi kekukarangan imam ini, Fatwa House menunjuk beberapa pelajar muslim di Institute Sofia untuk menjadi imam di beberapa masjid.

Peningkatan Kesadaran Beragama

Meski jumlah imam sangat kurang, namun dalam beberapa waktu terakhir ini semangat memahami Islam meningkat drastis. Tidak hanya di kalangan pemuda muslim, tapi juga komunitas non-muslim. "Pemuda muslim Bulgaria sangat antusias mendatangi masjid. Di bulan ramadhan ini, masjid-masjid semakin hari semakin penuh oleh para pemuda muslim," ungkap Haci.

Sementara itu, menurut Haci, untuk memenuhi kebutuhan bacaan buku-buku Islami dan Al Quran khususnya bagi non muslim, Fatwa House kini tengah menyiapkan proyek pengadaan buku-buku Islami hasil terjemahan dari buku-buku Islam berbahasa Arab dan Turki ke dalam Bahasa Bulgaria. Bacaan Islami ini untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap Islam. Menurut estimasi data Pemerintah Bulgaria, saat ini terdapat sekitar 12 persen dari 7,8 juta jiwa memeluk agama Isla. Namun Fatwa House mengatakan jumlahnya mencapai 25 persen. [syarif/iol/www.suara-islam.com]

Selasa, 23 September 2008

Pengesahan RUU Pornografi Oktober Masyarakat diminta melihat dampak positif RUU itu

Tuesday, 23 September 2008


Pengesahan RUU Pornografi kemungkinan tak akan menjadi hadiah Ramadhan tahun ini. Jadwal dari Badan Musyawarah (Bamus) DPR menunjukkan, RUU itu baru bisa disahkan pada pertengahan Oktober 2008. Pekan ini, panitia kerja (panja) RUU Pornografi masih menggodok sejumlah materi. ''Menurut jadwal yang dibahas di Bamus, (pengesahannya) bukan tanggal 23 (September 2008). Itu baru pembicaraan tingkat II,'' kata anggota Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi (BPD), Ali Mochtar Ngabalin, dalam diskusi yang diselenggarakan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ahad (21/9).



Sepekan setelah Lebaran, pembahasan baru masuk ke tahap laporan dari panja ke panitia khusus (pansus) RUU Pornografi. Sepekan sesudahnya, lembaran RUU itu dibawa ke paripurna DPR untuk mendengarkan pendapat fraksi-fraksi, pendapat pemerintah, kemudian ditandatangani.



Menurutnya, tak layak dan tak elok bila RUU sepenting itu tidak disepakati seluruh fraksi. Ngabalin masih optimistis, dua fraksi yang menolak disahkannya RUU Pornografi, yakni PDIP dan PDS, masih bisa diajak duduk kembali dan bermusyawarah agar menyetujui RUU itu.



Ketua Pansus RUU Pornografi, Balkan Kaplale, sebelumnya mengungkapkan, RUU itu sudah melalui lima dari tujuh tahap penyelesaian: dibahas tim teknis, tim sinkronisasi, tim sinkronisasi menyerahkannya kepada tim perumus, tim perumus menyerahkannya kepada panitia kerja, dan panitia kerja menyerahkannya kepada panitia khusus. Tahap keenam dan ketujuh adalah penyampaian pemandangan umum fraksi-fraksi, kemudian ketok palu.



Anggota Panja RUU Pornografi, Abdul Hamid Wahid, mengakui memang ada sejumlah materi yang belum selesai di tingkat panja. Dia mencontohkan soal definisi pornografi. Politikus Fraksi Kebangkitan Bangsa ini mengusulkan penambahan kalimat materi seksualitas yang diikat dengan mengandung unsur mesum dan cabul. Soal lain yang belum mencapai titik temu adalah definisi korban dan pelaku pasif pornografi. Dengan alasan itu, dia sepakat agar pengesahan RUU Pornografi tidak tergesa-gesa.



''Yang penting bukan kejar tayang atau target pengesahan. Tapi, apakah substansinya layak dan nanti sesuai dengan suasana kebatinan dan hati nurani masyarakat,'' katanya. Dia tak ingin pembahasan RUU ini berujung di uji materi Mahkamah Konstitusi (MK).Mengenai substansi yang diperdebatkan, Hamid meminta semua pihak melihat keuntungan bila produk hukum tersebut disahkan. Termasuk, mencermati apakah RUU itu condong ke arah positif atau negatif.



Kalaupun ada dampak negatif, ia menegaskan, DPR dan pemerintah siap menanggulangi agar tidak menimbulkan beban sosial di masyarakat.Sekjen Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Masruchah, mengkritik sosialisasi draf baru RUU itu. Dia mengaku punya draf teranyar, tapi masyarakat dan sejumlah LSM masih memegang lembaran RUU Pornografi versi lama.



Ketua Umum Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP), Azimah Soebagijo, mengatakan, penundaan pengesahan RUU itu bisa membahayakan karena korban kejahatan pornografi terus meningkat. ''Kita khawatir, masyarakat menjadi seksual aktif. Boro-boro mikirin produktivitas, yang ada kehancuran keluarga dan pernikahan.''Apalagi, katanya, momentum Pemilu 2009 sebentar lagi. Jangan sampai hajatan lima tahunan itu dijadikan alasan oleh mereka yang antipengesahan RUU. ''Kita tak tahu apakah DPR yang akan datang akomodatif atau tidak.''



Di Surabaya, Jawa Timur, Jaringan Masyarakat Sipil Jatim, kemarin, menggelar demonstrasi menolak pengesahan RUU Pornografi karena dinilai mengancam kebebasan berekspresi dan identifikasi diri. Mereka di antaranya terdiri atas Kelompok Lesbian Gay Biseks Transeks, Kelompok Perempuan Prodemokrasi dan Anak, Kelompok Seniman, serta Kelompok Agama dan Pendidikan. [republika/www.suara-isalam.com]

Kamis, 18 September 2008

Masjid di kota Roma


Masjid di Roma? Memang kedengarannya sedikit aneh. Maklum Roma ibukota Italia itu sudah identik dengan Katholik. Tahta Suci Vatikan yang menjadi pusat Katholik dunia terletak ditengah kota tersebut.

Impian panjang muslim kota Roma untuk memiliki masjid memang sudah berwujud sejak tahun 1995 yang lalu. Selesai dibangun pada Januari 1995 dan diresmikan penggunaannya di bulan Juni 1995, menelan biaya 15 milyar Lira. Masjid Roma yang juga menjadi pusat kebudayaan Islam berdiri megah di atas lahan seluas 29.915 meter persegi di kaki gunung Monte antenne, pinggiran utara kota Roma-Italia tak jauh dari sungai Tiber, Di atas bukit yang ditumbuhi pepohonan pinus 40m dari permukaan laut.

Bangunan masjid dan Pusat kebudayaan Islam kota Roma keseluruhannya seluas 19.708 meter persegi, terdiri dari bangunan masjid dan islamic centre seluas 16,592 meter persegi dan bangunan tambahan seluas 3.116 meter persegi. Sedangkan lahan-nya sendiri merupakan sumbangan dari pemerintah kota Roma. Pembangunan masjid itu juga tak terlepas dari jasa King Faisal Raja Saudi Arabia yang secara pribadi terus menerus melakukan pendekatan kepada pemerintah Italia bagi pembangunan masjid di kota Roma. Dan pada Kunjungan beliau ke Roma pada 1973 penolakan terhadap pembangunan masjid disana sudah mulai melunak. Kunjungan Raja Faisal juga untuk memberikan bantuan dana kepada panita pembangunan masjid. Setelah kunjungan beliau negara negara muslim dan perorangan mulai mengirimkan dana bagi perwujudan pembangunan masjid tersebut.

Program pembangunan Masjid tersebut di siapkan oleh Pusat Kebudayaan Islam Roma yang menginginkan masjid dan Pusat Budaya Islam tersebut dibangun sebagai salah satu bangunan monumental mengadaptasi sejarah besar kota metropolis Roma. Menyatukan project tersebut kedalam satu lokasi yang religi, rekreasi, kegiatan kegiatan budaya dan harus memiliki keterkaitan dengan ragam sejarah kota Roma serta mengekspresikan Islam sebagai way of life bagi semua pengunjung.



Berkapasitas 2.500 jemaah termasuk ruang khusus bagi 500 jemaah wanita. Dilengkapi dengan Pusat Kebudayaan Islam yang terhubung langsung dengan ruang sholat utama, dan fasilitas lain termasuk Ruang Pameran Seni Islam, Ruang konfrensi berdaya tampung 400 orang, ruang pertemuan, banquet hall untuk 250 orang, perpustakaan yang memiliki koleksi terlengkap karya karya sarjana islam, memiliki ruang untuk sholat harian bagi 150 jemaah, ruang kelas dan perkantoran.

Pembangunan masjid Roma dijadikan ajang kompetisi arsitektur internasional di tahun 1975. dari 42 karya yang masuk, karya Sami Mousawi dan Paolo Portoghesi/Vittoro Gigliotti keluar sebagai pemenang. Berdasarkan rekomendasi dari dewan juri dan panitia pembangunan masjid, Design yang baru di ajukan pada bulan Oktober 1976 dan di setujui oleh Pusat Kebudayaan Islam dan team tersebut juga ditunjuk untuk pelakanaan dan pengawasan proyek pembangunan masjid dan pusat kebudayan Islam kota Roma, Italia.

Draf pembangunan Masjid dan Pusat kebudayaan Islam tersebut di setujui oleh pemerintah kota Roma pada Februari 1979 setelah mengalami berbagai perubahan design dari design awalnya. Proyek pembangunan yang seyogyanya dimulai pada Juli 1979 dibatalkan karena alasan sosial dan politik. Pengajuan ulang ke pemerintah kota Roma pada 1983 dengan mengurangi tinggi menara masjid ahirnya di setujui dan pekerjaan pembangunan dimulai pada desember 1984. Paolo Portoghesi/Vittoro Gigliotti ditunjuk kembali sebagai pengawas dan Sami Mousawi bertindak sebagai konsultan.

Keseluruhan komplek masjid dan pusat kebudayaan Islam kota Roma selesai dibangun pada Januari 1995 dan diresmikan pada June 1995 dihadiri oleh presiden italia serta perwakilan negara negara islam dan warga Muslim setempat. Alhamdulillah.***